Cerpen Deccia Citra
    (XII IPA1).

    Hijab putih yang menutupi wajahku perlahan terbuka. Orang-orang di sekeliling berbisik memanggilku. Badanku lemah, tak cukup kuat untuk bangkit. Kepalaku pusing, mataku berkunang-kunang.

    “Jab, hijab… Bangun. Sadarlah, nak” Bi Endah membangunkanku. Sambil menahan tangis. Aku tahu ia terisak-isak berbaur dengan alunan surat yasin yang sedari tadi dikumandangkan dipusara ibuku. Ya, ibuku sekarang di dalam sana, tanpa sempat ku meminta maaf.

    Siang itu.

    Prrang….

    “Hijab bosen bu hidup begini, selalu susah. Hidup susah, makan susah, mau gaya-gaya susah. Ini dilarang itu dilarang. Pengen itu, selalu gak bisa. Hijab malu bu, Hijab pengen kaya orang-orang”

    “Maafkan ibu ya nak, nanti kalau ibu sembuh ibu akan cari uang lagi. Hijab pengen apa nanti ibu belikan ya...”

    Sambil menangis ibu membujukku. Sekali lagi, Prrang… Piring, gelas, pecah berantakan. “Kapan ibu bisa beli? Ibu Cuma bisa janji, tapi gak bisa beli!”

    “Astaghfirullah, Hijab…” tangis ibu menjadi.

    “Inget ya bu, panggil aku Nisa, namaku Anisatul Hijab. Jangan panggil Hijab. Norak!”

    Ibu hanya menangis sambi bersimpuh.

    “Udahlah bu, Hijab bosen hidup sama ibu. Hijab mau pergi!”

    Dari kejauhan hanya tangisan ibu memanggil namaku yang ku dengar.

    Sejenak di sekelilingku sepi. Banyak orang belalu lalang, tapi acuh. Serasa asing. Tatapan mereka aneh jika memandangku. Ah… apa peduliku sekarang aku bebas.

    Tapi, sekarang aku mau kemana? Uang tidak ada,pakaian tidak sempat dibawa dan tempat berteduh untuk malam ini pun belum ku rencanakan. Di sakuku hanya terselip dua lembar lima ribuan dan satu buah HP yang dibelikan pacarku. Ah iya, kenapa tidak terpikir, malam ini aku disana saja. Pasti dia mau menerimaku.

    Pintu pagar tersingkap, awalnya aku ragu, tapi ya sudahlah… apa yang salah, dia pacarku. Pasti mau membantuku, aku benar kan…?

    Tanpa ragu ku buka pintu pagar dan aku terkejut melihat dia dengan perempuan lain. Oh Tuhan! Kepalaku pusing, nafasku sesak, mulutku tak bisa berkata-kata. Padahal ribuan hujatan yang ingin ku lontarkan. Sesaat aku tersihir. Air mataku mengalir deras. Dia hanya menatap. Langkahku gontai saat aku berjalan ke arahnya. Hanya satu kalimat yang bisa ku keluarkan dari ribuan hujatan di otakku. “Aku benci kamu…”

    Mobil angkut yang ku tumpangi berjalan lambat. Penumpangnya hanya aku. Aku menangis sambil menghujat. Ada rasa penyesalan, menyesal mengenangnya dan menyesal karena tidak mendengarkan ibu. Ibu selalu bilang bahwa ia kurang suka dengan laki-laki itu. “Dia sepertinya bukan laki-laki baik-baik nduk…:” berkali-kali ibu bilang begitu. Ah… Ibu. Sedang apa ya sekarang?

    HP ku berdering sms masuk.

    Message from Denny

    Nisa, cynk maf ne g ky qm kira, dy bkn cp2 cynk. Dgrin q dlu dund…pliz L

    Aku balas singkat.

    Kita putus!

    Ah, harusnya dari dulu ku katakana ini.

    Sekarang kemana tujuanku? Kembali ku otak atik HP. Ah iya, masih ada Vita, mungkin dia bisa membantuku. Best friend forever ever after itu selogan genk gonk kami.

    Message to Vita

    Hy Vit, U gy dmn? Bs tlngn w ga? L

    Message from Vita

    Hy Niz, U np? Tlngn pa neh?

    Message to Vita

    W cbut dr humz..W mlz ma nykap W. U bs ga tlngn W, mlm neh ngnep k humz U?

    Plizzz….

    Message from Vita

    Sorry nis, w g bs.nyokap w glak.w bs blg pa ma nyokb lw u kbur dr rmh. Bza abiz W dcrmhn. Sory ya..

    Message to Vita

    Ywd dc gpp. Mkci ya…

    Huft…. Kemana lagi? Hari mulai gelap, tapi sampai saat ini ku belum dapat tempat menginap. Ku coba hubungi temanku yang lain. Best friend forever ever after masih jadi penguatku.

    Message to Rini

    Rin, tlngn w dund… T_T

    Message from Rini

    U npe nIz..???

    Message to Rini

    W Pergi dr humz..mlm neh w gda tmpt ngnep. Bz gag w ngnep dtmpat U…??? L

    Message from Rini

    Mf ye cob,,, w gag bsa..kmr’y smpit, U tw kan w bwu2 cma de w,,mw dtro dmn U drmh W

    Uh…teman ku yang ini memang terkenal pelit, disaat genting pun tetap pelit.

    Angkot terus melaju. Pikiranku melayang. Butiran bening nan hangat mulai membasahi pipiku. Mataku panas. Disaat ku butuh begini, tak seorangpun yang bisa membantu, tak juga genk gonk Best friend forever ever after, ah bullshiiit!

    Kenapa tho Nduk…? Suara hangat bersahaja menyapaku pelan. Aku tidak sadar sedari tadi sudah berapa kali gonta ganti penumpang. Dan yang tersisa hanya aku dan si ibu ini. Aku diam.

    “Kok kelihatannya sedih?”

    Aku hanya tersenyum. Si ibu juga tersenyum. Kami saling diam. Sesaat kemudian terlihat dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya

    “Ayo diminum nduk, mumpung masih hangat…”

    Ditangannya sebotol teh hangat yang ia bawa dari rumah, disodorkannya kepadaku.

    “Mmmm…Makasih bu”

    Si ibu tersenyum senang.

    “Mau kemana tho nduk?”

    “Gak tau bu, saya bingung.”

    “Lho, kok ndak tahu, memangnya rumah kamu dimana?”

    Aku hanya menggeleng.

    “yowis, ikut saja kerumah ibu nduk…”

    “Emm..tap,,tap,,,tapi bu..?”

    “yowis ora opo-opo, ayu ikut saja. Mas, Aku tak ngiri yo…Aku mandeg neng kene wae”

    Si ibu berteriak kepada supir dengan logat jawanya yang khas. Aku menurut sajalah. Toh malam ini aku belum mendapatkan tempat untuk menginap.

    Si ibu menuntunku ke jalan setapak. Jalannya masih berbatu dan tanah merah. Agak becek, tampaknya baru saja hujan. Aku sedikit mengangkat celana jeans ku yang kepanjangan. Si ibu menyingkapkan roknya agar tidak terciprat air.

    “Namamu sopo nduk?”

    “Nisa Bu, Anisatul Hijab.”

    “Apik tenan namamu nduk, Hijab. Pasri ibumu ingin anaknya tertutup, eh maksud ibu lebih menutup dan tahu batasan.” Si ibu meralat kata-katanya sambil terkekeh. Perkataan si ibu membuatku terhenyak. Aku ingat sewaktu aku SD kelas V. Siang itu, aku masuk rumah dengan terburu-buru. Sambil menangis, aku memeluk ibu.

    “Bu, kenapa sih aku dipanggilnya Hijab? Enggak Nisa aja…?”

    Ibu tersenyum, dan membelai rambutku.

    “Memangnya kenapa tho nduk?”

    “Kata teman-teman Hijab, namanya enggak keren bu”

    “Ya jangan dengerin tho nduk… Hijab itu artinya penutup. Kelak ibu ingin kamu menjadi wanita yang bisa menutup auratmu dan menjaga batasanmu nduk.”

    Desiran hangat terasa di kudukku.

    “Lho kok bengong tho nduk…?”

    Pertanyaan si ibu membuyarkan lamunanku

    “Emmm,,, gak apa-apa ko bu. Emm… ini dimana bu?”

    Ibu tersenyum.

    “Disinilah rumah ibu nduk, di masjid ini. Ada kamar yang sudah disediakan pengelola masjid untuk ibu yang sebatang kara ini.”Aku kaget. Si ibu hanya tesenyum lebar melihat aku bingung.

    “Pakai ini nduk… hijab ini cocok untukmu.Pasti cantik sekali”

    Ku raih jilbab putih di tangan si ibu.

    “Cepat ambil air wudhu lalu kau solat. Mengadulah kepada-Nya atas semua masalahmu, dan mintalah diberi jalan yang terbaik.”

    Si ibu menuntunku ke tempat wudhu, setelah itu, aku solat, kakiku gemetar. Perlahan ayat suci yang ku ucapkan membuat dadaku sesak. Aku teringat ibu. Kejadian tadi siang melegakanku menjadi si malin kundang seperti dongeng orang tua zaman dulu. Astaghfirullah… Aku menangis dalam setiap gerak solatku.

    Selesai salam, mataku mencari sosok si ibu yang baru ku kenal. Sekeliling tempat sepi masjid terasa dingin. Bulu kudukku merinding baru beberapa langkah aku mencari, tiba-tiba sekelilingku gelap. Mataku berkunang-kunang, pusing. Badanku limbung dan gubrak… Badanku terhempas.

    “Nak…Bangun.”

    Suara parau membangunkanku. imam masjid sudah datang untuk mengumandangkan azan subuh.

    “Sa saya dimana ini pak…?”Ibu yang tinggal disini kemana?”

    Aku bingung dan setengah sadar.

    “Kamu sedang di masjid nak, tidak ada yang tinggal di masjid ini. Saya yang mengurus masjid ini, tapi saya tinggal dirumah yang letaknya tidak jauh dari sini.”

    “Ta tapi pak, semalam ada seorang wanita yang mengajak saya ke masjid ini dan memberikan saya jilbab putih ini. Dia juga menyuruh saya solat disini. Lalu saya tidak tahu apa-apa lagi.”

    Pak tua itu tersenyum.

    “Wallahualam bishowab nak, yakinlah ini hidayah dari Allah SWT. Ayo siap-siap solat subuh.”

    Aku masih bingung. Perlahan ku usap air wudhu ke wajahku. Segar, pikiranku sedikit tenang mungkin ini memang hidayah dari-Nya, pikirku.

    Kuputuskan pagi itu untuk pulang ke rumah. Berharap ibu mau memaafkanku dan menerima ku kembali. Oh ibu, rasanya aku rindu.

    Sayup-sayup terdengar lantunan surat yasin dari arah rumah. Sesaat berikutnya ku lihat bendera kuning bertengger di halaman rumahku. Ku percepat langkah untuk sampai ke rumah. Bi Endah dan Mang Iwang menyambutku dengan isak tangis.

    “I i ibu kemana bi?”

    “Ibumu … Ibumu Jab..huhuhu…”

    Tangis Bi Endah menadi

    “Ya Ibu kenapa?”

    “Ibumu, ibumu telah meninggal.”

    “Apa...??? meninggal mang? Innalillahi ..Ibu..huhuhu…”

    Tangisku pecah. Rasa penyesalan teramat sangat bersarang di batinku.

    Bi Endah menuntunku bangun semua terjadi begitu cepat. Kini ibu benar-benar pergi. Kembali aku teringat peristiwa di masjid semalam. Seperti mengisyaratkanku akan sesuatu. Hijab putih yang diberikan si ibu masih ku genggam. Kucium aromanya, tunggu, sepertinya ku kenal aroma ini. Aku bergegas ke kamar ibu menarik sesuatu, mukena. Ya, mukena yang sering dipakai ibu. Betapa kagetnya aku, ternyata aroma jilbab itu sama dengan aroma ibu yang khas saat solat. Aku hafal betul aroma ini. Subhanallah… Aku menangis. Lidahku keluh. Hanya memuji-Nya yang bisa ku lakukan. Ternyata hijab putih ini amanat terakhir ibu….

    Tangerang, 25 September 2010

    Hari-hari ini kita telah memasuki bulan Muharram tahun 1432 Hijriah. Seakan tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Bagi kita, barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena negara kita tidak menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang muslim kita perlu untuk sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam ini.

    Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu adalah :


    1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah

    Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada. Dia telah wafat, menghadap Allah Suhanahu wa ta'ala dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.
    Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terkadang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah saw. yang wafat pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu. Padahal bisa jadi hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya. 

    2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar
    Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah tilawah al-Qur'an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam suasana pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok. 

    Allah berfirman :
    (( يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله إن الل
    ه خبير بما تعملون ))
    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

    Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya menjadi bekal kita pada hari kiamat kelak.
    Rasulullah saw bersabda : "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal shaleh sebagai persiapan menghadapi kematian".
    Dalam sebuah atsar yang cukup mashur dari Umar bin Khaththab ra beliau berkata :
    "Hitunglah amal kalian, sebelum dihitung oleh Allah"

    3. Mengenang Hijrah Rasulullah saw
    Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Pada saat itu ada yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai l bulan ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul saat itu adalah bulan Muharram, dengan pertimbangan pada bulan ini telah bulat keputusan Rasulullah saw untuk hijrah pasca peristiwa Bai'atul Aqabah, dimana terjadi bai'at 75 orang Madinah yang siap membela dan melindungi Rasulullah SAW, apabila beliau datang ke Madinah.
    Dengan adanya bai'at ini Rasulullah pun melakukan persiapan untuk hijrah, dan baru dapat terealisasi pada bulan Shafar, meski ancaman maut dari orang-orang Qurais senantiasa mengintai beliau.
    Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan didalamnya. Rasulullah SAW, akan keluar dari rumah sudah ditunggu orang-orang yang ingin membunuhnya. Begitu selesai melewati mereka, dan harus bersembunyi dahulu di sebuah goa, masih juga dikejar, namun mereka tidak berhasil dan beliau dapat meneruskan perjalanan. Namun pengejaran tetap dilakukan, tetapi Allah menyelamatkan beliau yang ditemani Abu Bakar hingga sampai di Madinah dengan selamat. Allah menolong hamba yang menolong agamaNya. Perjalanan dari Mekah ke Madinah yang melewati padang pasir nan tandus dan gersang beliau lakukan demi sebuah perjuangan yang menuntut sebuah pengorbanan.
    Namun dibalik kesulitan ada kemudahan. Begitu tiba di Madinah, dimulailah babak baru perjuangan Islam. Perjuangan demi perjuangan beliau lakukan. Menyampaikan wahyu Allah, mendidik manusia agar menjadi masyarakat yang beradab dan terkadang harus menghadapi musuh yang tidak ingin hadirnya agama baru. Tak jarang beliau turut serta ke medan perang untuk menyabung nyawa demi tegaknya agama Allah, hingga Islam tegak sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia saat itu. Lalu sudahkah kita berbuat untuk agama kita?

    4. Kalender Hijriyah adalah Kalender Ibadah kita
    Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi kebanyakan dari kita bukan hari Jum'at, melainkan hari Minggu. Karena kalender yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan, hari Minggu adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw menyatakan bahwa hari jum'at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara hari yang lain). Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun Idul Fitri pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender hijriah. Begitu pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk itu seyogianya bagi setiap muslim untuk menambah perhatiannya pada Kalender Islam ini.

    5. Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram
    a. Bulan Haram.
    Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
    "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).
    Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:
    "Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim)
    Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
    Sebagaimana ayat Al Qur'an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
    Firman Allah: "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha" (Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.
    b. Bulan Allah.
    Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai "syahrullah" (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Saifullah dan sebagainya.
    Rasulullah bersabda : "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam". (H.R. Muslim)
    c. Sunnah Berpuasa.
    Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh.
    Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta'ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :

    1. Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
    " Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya." (H.R. Bukhari dan Muslim)

    2. Ibnu Abbas ra berkata:
    "Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan." (H.R. Bukhari dan Muslim)

    3. Ibnu Abbas ra berkata:
    Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : "Hari apa ini?. Mereka menjawab : "ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
    "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian"
    Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim)

    4. Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata:
    Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata: "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda:

    "Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan)." (H.R. Bukhari dan Muslim)
    Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda: "Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya."

    Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.

    Bagaimana Berpuasa di bulan Asyura?

    Dalam kitab Zaadul Ma'aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
    - Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
    - Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits
    - Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
    Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :
    1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat, maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu'a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)
    2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
    Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis pada akhir hidup beliau sudah merencanakanryang shahih, dimana Rasulullah untuk puasa pada tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.
    Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
    Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa, sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tentunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.

    d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
    Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam di sebuah tempatr cucu Rasulullah tsejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein yang bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan "Peristiwa Karbala". Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Mu'awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.
    Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca kisahnya, dan kita tentu mencintai dan apalagi terhadap orang yang dicintai Rasulullah memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah, hal itu jangan sampai membawa kita larut dalam kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan memukul-mukul diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah yang tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), padahal kenyataanya tidak demikian.

    e. Adat Istiadat di Tanah Air
    Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap muslim dimanapun mereka berada. Rasulullah telah mengajarkan pada kita agar memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
    Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka, naudzu billaah.

    Semoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt. Kejalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya rabbal 'alamin.

    , ,

    "Susun dan Sebar" dalam Retorika Al-Quran

    Taufik Munir



    LAFF WAN NASYR merupakan tehnik komunikasi klasik yang menitikberatkan pada penyusunan kalimat yang terdiri dari kata-kata untuk kemudian disebar satu persatu --baik secara beraturan atau tidak--, dengan satu keyakinan bahwa pendengar akan "merespon" dengan asumsi bahwa si 'pembicara' atau 'penulis' tahu dari indikasi-indikasi yang termaktub dalam lafaz atau maknanya.
    Kesimpulannya, Laff Wa Nasyr hanyalah menyebutkan dua hal atau lebih baik secara detail atau secara global. Kalau penyebutannya dengan detail berarti kita mengajukan dua hal atau lebih kemudian diurai satu persatu. Sedangkan kalau penyebutannya secara global saja, berarti anda cukup membuat satu kalimat saja tapi komprehensif (mengandung penafsiran lebih).
    Berdasarkan definisi tadi, Laff wa Nasyr terbagi pada dua bagian:

    BAGIAN PERTAMA: SUSUNAN TERPERINCI
    Susunan jenis ini ialah kata-kata yang disebar sedetail mungkin. Penyebaran kata tersebut juga ada yang beraturan (tartib) dan ada pula yang tidak beraturan (ghair tartib).
    Contoh penyebutan yang beraturan disebutkan dalam surah al-Qashash ayat 73.

    Dan karena rahmat-Nya, dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian karunia-Nya (pada siang hari).

    Pada ayat ini Allah swt menyebutkan dua hal, yaitu siang dan malam. Allah swt memberitahu bahwa karena rasa kasih sayang-Nya kepada umat manusia Ia memberikan dua garis waktu yaitu siang dan malam. Untuk apa? Karena al-Quran menyebutkan dua hal tadi, maka jawabannya pun harus dua hal pula. Pertama, Allah menciptakan malam supaya kita bisa istirahat ("supaya kamu beristirahat padanya"). Kedua, Allah menciptakan siang supaya kamu bisa membuka aktifitas baru untuk mencari nafkah ("supaya kamu mencari sebahagian karunia-Nya").

    …dia jadikan untukmu malam     --> 1
    dan siang                                               --> 2
    supaya kamu beristirahat di malam itu                                 --> 1
    dan supaya kamu mencari sebahagian karunia-Nya --> 2

    Lihat, kata "malam" pada ayat di atas disebutkan pada urutan pertama. Lalu hikmahnya pun disebutkan pada urutan pertama. Sedangkan "siang" yang disebutkan pada urutan kedua, hikmahnya pun disebutkan pada urutan kedua. Tertib. Dengan demikian pembaca atau pendengar tidak perlu berfikir dua kali untuk menyatakan mana dipasangkan kemana, atau tertukar antara yang satu dengan yang lain.
    Contoh penyebutan yang tidak beraturan disebutkan dalam sebuah syair:

    Bagaimana aku bisa terhibur,
    sedangkan engkau seperti tumpukan pasir yang berkelok,
    bagai dahan, atau kijang betina
    kedip matanya, yang tinggi dan selalu membuntuti.

                Kedipan matanya ditujukan kepada 'kijang betina', 'yang tinggi' untuk 'dahan', dan 'membuntuti' untuk 'tumpukan pasir'.
               
    BAGIAN KEDUA: SUSUNAN GLOBAL
    Diterangkan di atas bahwa Laff wa Nasyr ada yang terbentuk secara terperinci, namun ada pula yang mujmal, alias globalnya saja.
    Kendatipun pada bagian kedua ini penyebutannya global, namun komplit. Itu artinya sekalipun lafalnya memang singkat, namun makna yang tersimpan mengandung kalimat yang 'sejodoh' dengan kata bentukannya.  
    Misalnya:

    Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". (QS. Al-Baqarah: 111).

    Ayat ini menyebut tentang sesumbar dua kelompok penganut agama samawi selain Islam, yaitu Yahudi dan Nasrani. Kedua kelompok ini menyatakan bahwa tidak ada yang bakal masuk surga kecuali kelompok mereka. Masing-masing 'kekeuh' dengan pendapatnya sendiri.
    Pertanyaan yang timbul: dimana Laff wa Nasyr tipe kedua yang dimaksud? Indikasi adanya Laff wa Nasyr bisa dilacak dari adanya kataganti (dhamir) orang ketiga plural pada ayat tersebut, yaitu: "mereka". Mereka yang dimaksud tentu saja Yahudi dan Nasrani. Indikator kedua yaitu kata sambung "atau". Jadi kira-kira yang dimaksud ayat tersebut berbunyi:

    Dan Yahudi berkata:
    "Sekali-kali tidak akan masuk surga
    kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi",                          --> 1
    atau Nasrani berkata:
    "Sekali-kali tidak akan masuk surga
    kecuali orang-orang (yang beragama) Nasrani".            --> 2


    Padahal aslinya:
    "Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata..." dst.  

                Susunan diantara dua kalimat tadi digelar dengan singkat, tapi padat. Barangkali berangkat dari satu keyakinan bahwa pendengar pasti mampu menjawab kata-kata kedua kelompok tadi. Selain itu, sekalipun susunan kalimatnya singkat namun tetap aman dari ambiguitas. Alasannya, pendengar juga maklum perseteruan abadi dua kelompok tersebut yang saling menyesatkan satu sama lain dengan tuduhan klise bahwa selain kelompoknya tidak akan masuk surga. Wallahu a'lam #

    Terima kasih guruku, KH. Uuf Zaki Ghufron.

    , ,

    SEJAK kemunculannya, kisah islami berkaitan dengan al-Quran dan kisah-kisah di dalamnya. Kisah-kisah (dalam al-Quran) itu membentuk cerita yang terpenting dan paling rinci. Karena itu al-Quran menyebut dirinya sebagai "ahsanul qashas" dan "alqashas al-haq" (kisah-kisah terbaik dan benar). Dalam kisah-kisah menyorot balik perbuatan suatu bangsa, negara, umat, nabi dan rasul terdahulu. Kisah-kisah itu mampu menggiring sejarah tentang eksistensi manusia dengan kapabilitas intelegensia tertentu yang disebut dengan "Ulul Albab" (manusia cendikia). Imam Fakrurroji bahkan menyebut kisah-kisah qurani tersebut sebagai "kumpulan kalimat universal yang menunjuk jalan agama, membimbing pada kebenaran dan membantu keinginan sukses ". (Imam Fakrurroji, Tafsir Al-Kabir). Imam Zamaksyari, dalam tafsirnya, menyebut kisah dalam al-Quran sebagai "kisah-kisah yang melembutkan hati".
                Kisah para nabi menempati posisi paling awal dalam al-Quran barangkali karena nabi dan sejarahnya berperan sangat penting dalam sejarah hidup manusia, atau bahkan dijadikan sebagai simbol pemerdekaan jiwa zoon politicon manusia, atau sebagai rekaman perjalanan spiritual imani daripada proses perjalanan politik-sosial yang diwakili sejarah politik. Karena itu, para sejarahwan klasik kerap menghubungkan kedua dimensi sejarah antropologis: sejarah rasul dan raja, ---seperti dicatat oleh Atthabari dalam kitab sejarahnya yang populer itu---, atau antara manifestasi sejarah antropologi dan interiornya, seperti ditegaskan oleh Ibnu Khaldun. Kisah para nabi ini merupakan basic pembelajaran diri kanak-kanak, sekaligus sebagai upaya pengenalan sunnah alam sejak dini yang pada akhirnya mewujudkan kehendak ilahi.
                Kisah umat dan nabi terdahulu diformat dan ditinjau ulang periwayatannya dari sumber aslinya (al-Quran). Pada masa Rasulullah, para pengkisah dan penasehat dilakukan secara verbal (leluri). Begitupula pada abad-abad sesudahnya. Misalnya kisah-kisah agamis tersebut diriwayatkan oleh para pakar hadis, pengkhabar, sejarahwan dalam kitab sunnah, kitab sirah, tafsir, sejarah, tasawuf dan lain-lain. Lalu pada tahap selanjutnya beralih pada fase sastra umum dan dongeng klasik masyarakat. Kita bisa ambil beberapa contoh, diantaranya sejarah Ibnu Hisyam, sirah Al-Halaby, dan kitab-kitab sejarah klasik (seperti At-Thabari, al-Ya'qubi, Ibnu Katsir, dan Ibnu Khaldun). Demikian pula kitab-kitab sejarah agama, seperti Milal wa Nihal karangan syekh Shahrastani, kitab-kitab tafsir dan hadis, kitab-kitab khusus kisah para nabi (kitab-kitab ini cukup mewakili referensi kisah islami yang dimulai dari kisah-kisah para nabi hingga kisah masyarakat Badawi yang jauh terpencil, hingga sirah (sejarah hidup) Nabi Muhammad saw. Kitab-kitab narasumber ini kemudian meluas, mencakup kitab-kitab sastra umum seperti “al-Aqdu al-Farid” karangan Ibnu Abdu Rabbih, “Amali” karya Abu Ali Al-Qali, Al-Kamil karya Al-Mubarrod, dan lain-lain. Sebagai catatan, cerita rakyat juga mengandung sebagian kisah para nabi (seperti dalam sirah 'Antarah). Para pengarang dan penyusun kisah para nabi ini menambahkan nash-nash al-Quran sebagai pondasi dalam membangun konstruksi kisah dan sirah dalam kitabnya. Ini yang kemudian kita kenal dengan "kisah-kisah israiliyat" yang dilarang itu. Sementara di bagian lain ada pula yang memuat legenda Persia, India dan Yunani yang disebut dengan al-asathir al-awwalun atau legenda orang-orang lama, cerita Arab Purba dan legenda Arab, serta sejarah Arab pra-Islam. Ini membuat kisah religius menjadi gudang kekayaan dengan materi pertamanya yaitu kreasi seni sastra islami dan sejarah emosi manusia yang berupaya menuntun hidayah dan agama yang benar. 
    Apabila para sejarahwan tidak melihat materi yang melimpah ruah ini sebagai materi yang "reliable" untuk dijadikan sebagai bahan sejarah –seperti dimensi waktu dan peristiwa tertentu-, maka itu tidak akan menghalangi para sejarahwan dan pengarang sirah klasik untuk tetap mendulang instrumen yang melimpah tersebut. Seperti yang dilakukan pengarang sirah Al-Halaby yang memandang sirahnya sebagai budak yang tidak mengenal halal-haram, pun tidak mengaitkannya dengan hukum. Yang boleh dipertikaikan dalam pandangan ulama modern, dan yang mewajibkan penelitian dan penggalian data tentang validitas berita tertentu hanyalah yang berkenaan dengan hudud (sanksi-sanksi syariat) dan mengetahui halal-haram. Demikian yang disinggung Zaghlul Abdul Hamid dalam "Al Anbiya wa Al Mutanabbi'un qabla Zuhur al-Islam" (Nabi dan Kelompok Pengaku Nabi Pada Masa Pra-Islam).
    Sejarah keimanan manusia berkaitan erat dengan para nabi sejak awal penciptaan dan kebangkitannya. Kabar klasik juga menyinggung bahwa jumlah para nabi melampaui hitungan angka. Namun Nubuwah, seperti yang digambarkan al-Al-Quran, berkaitan erat dengan kehendak dan keesaan ilahi.
    "yanzilu al malaikatu birruuhi min amrihi ala man yasyaau min ibaadihi an anziruu annahuu laa ilaaha illaa ana fattaquun".
    Allah swt mengutus para rasul-Nya kepada semua umat, tanpa kecuali, menyeru mereka agar menyembah-Nya dan menjauhi thaqhut, serta mengimani rasul-rasul yang diwahyukan dan rasul terdahulu. Kisah-kisah ini dikenal oleh mereka yang disebut sebagai ulama. Maka, hanya keadilan Tuhanlah yang akan menyiksa bangsa-bangsa terdahulu yang mengingkari keberadaan mereka.
    "wa maa kaana roibbuka muhlikal quraa hatta yab'atsa fi ummiha rasuulan yatluu 'alaihim ayaatina wa maa kunnaa muhlikil quraa illaa wa ahluhaa zaalimuun".
    Al-Quran tidak membatasi nama-nama para nabi melainkan yang asasi: Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, kemudian Muhammad saw penghulu segala nabi. Kemudian dilanjutkan dengan Daud, Sulaiman, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Ismail, Syuaib, Hud dan Shalih alaihimussalam. Nabi-nabi ini tergabung dalam kelompok Ibrani, Suryani dan Arab, yaitu bangsa-bangsa yang di arabkan yang membentuk peradaban pertama manusia di wilayah Timur Dekat kuno. Demikian para sejarahwan klasik menyebutnya terhadap fantasi mereka dalam mengkalkulasi jumlah para nabi. Sirah Halabi menyebutkan nabi Bani Israil itu ada seribu. dan sampai Wahab bin Munabbih periwayat asathirul awwalun dengan perbagai jumlah para nabi semuanya berjumlah 124 ribu!! Adapun para rasul terbatas jumlahnya berdasarkan al-Quran, yaitu hanya 25 nabi dan rasul. Karena rasul itu lebih khusus daripada Nabi, setiap rasul adalah nabi, dan tidak semua nabi adalah rasul. (by: Taufik Munir) []


    Silakan merefer pada Al-Adab Al-Islami, karya Al-Kailani.

    Sebuah peringatan yang sangat menakutkan. Peringatan dari seorang yang memiliki kedudukan yang penting. Peringatan itu disampaikannya di depan masyarakat muslim di Makassar, Sulawesi Selatan.
    "Indonesia akan karam, bukan karena bencana. Indonesia akan karam, karena bencana yang lebih dahsyat. Bencana yang lebih dahsyat, bukan bencana alam. Tetapi bencana ketidak adilan. Bencana ketidak adilan itulah yang akan mengakibatkan Indonesia karam", ujar Mahfud. (Media Indonesia, 18/11)

    Di tengah-tengah suasana yang khusu’ dan hening, di depan ribuan jamaah shalat Idul Adha, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, mengingatkan akan ancaman dan bencana terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah ketidak adilan.

    “Maraknya jual beli hukum adalah bencana ketidak adilan. Negara yang tidak dapat menegakkan hukum akan hancur di manapun dan di masa apapun”, ujar Mahfud dalam khotbah Idul Adha di Masjid Al-Markaz Al-Islami Jenderal M.Yusuf, Makassar. Selanjutnya, Mahfud mengingatkan bahwa Indonesia sedang dalam masalah besar dan terancam karam, bukan karena perbedaan antar umat beragama, melainkan karena hukum dan keadilan yang tidak ditegakkan.

    Belakangan ini memang Indonesia dihadapkan sebuah persoalan besar, yang akan sangat mempengaruhi masa depannya. Persoalan besar itu adalah masalah hukum, dan adanya ketidak-adilan, yang terus berlangsung di Indonesia. Kasus-kasus hukum yang menggambarkan terjadinya jual beli hukum, dan akhirnya menimbulkan rasa ketidak-adilan bagi bangsa Indonesia. Rakyat merasa terus dihadapkan sebuah keadaan yang menggambarkan Indonesia, mirip negara antah-berantah. Hukum hanya berlaku bagi orang-orang yang lemah dan tidak memiliki kedudukan di masyarakat.
    Sebaliknya hukum menjadi bebal dan penegak hukum tak berguna, ketika harus berhadapan dengan orang-orang yang memiliki kedudukan atau orang-orang yang mempunyai akses dengan kekuasaan, atau orang-orang yang memiliki kekuatan uang. Hukum tidak tegak ketika berhadapan dengan mereka. Pameo yang sudah jadul tentang ‘KUHP’ yang diplesetkan dengan ‘Keluar Uang Habis Perkara’, sudah menjadi fakta sehari-hari. Betapa hukum seperti benda yang dapat diperjualbelikan.

    Karena tidak adanya keadilan itu, maka harapan bagi masa depan Indonesia yang akan menjadi negara yang  makmur, adil, serta maju, hanya sebuah utopia. Tidak akan pernah terjadi sepanjang kehidupan. Selama negeri di kelola oleh orang-orang yang sudah rusak secara moral, dan ikut berkolusi dengan berbagai kejahatan dan para penjahat yang sangat merusak. Hukum hanya ditegakkan kepada orang-orang yang lemah. Hukum hanya diperuntukan bagi mereka yang dalam posisi lemah. Sebaliknya, hukum tidak tegak dan bermakna apapun bagi orang-orang yang memiliki akses kekuasaan, uang, dan pengaruh.

    Cita-cita reformasi menjadi mati. Selama hampir lebih satu dasawarsa tidak ada perubahan yang dapat memberikan rasa optimisme, khususnya bagi penegakkan hukum. Justru di masa reformasi ini semakin telanjang berbagai kejahatan dan pelanggaran hukum. Pemerintah seakan tidak mampu lagi menghadapi berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran hukum yang ada.
    Pemerintah menjadi lumpuh. Pemerintah tidak berkutik hanya menghadapi Gayus. Pemerintah menjadi mandul ketika harus berhadapan dengan seorang pegawai Ditjen Pajak Golongan III A, yang bernama Gayus. Gayus menjadi seorang yang sangat ‘luar biasa’, yang bisa menundukkan sebuah kekuasaan pemerintah dan negara. Gayus dapat meluluhkan lantakkan aparat penegak hukum, seperti polisi dan kejaksaan.

    Presiden SBY harus membawa masalah Gayus dan Misbakhun di dalam rapat kabinet. Sungguh luar biasa. Gayus bisa meninggalkan Rutan Mako Brimob, Kalapa Dua, kapa dia mau. Bahkan, bisa  pergi ke Bali, menonton tenis, dan menginap di hotel mewah Westin, dan bahkan konon  bertemu dengan seorang tokoh partai politik.

    Mengapa Gayus yang hanya pegawai golongan III A, kasusnya harus dibawa ke sidang kabinet, dan dibahas oleh para pejabat tinggi negara? Gayus bisa keluar masuk Rutan, tanpa sedikitpun kesulitan apa-apa. Artinya, Gayus lebih banyak keluar Rutan dibandingkan dengan di dalam Rutan. Seorang Gayus bisa mendikte aparat penegak hukum, dan melumpuhkan mereka.

    Presiden SBY juga mengeluhkan terhadap kasus Misbakhun, yang terkait dengan tuduhan dana $ 22,5 juta dolar dari Bank Century, yang mula-mula dikenakan tuntutan 8 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar, tetapi kemudian di vonis hanya 1 satu tahun penjara. Meskipun jaksa mengadilan banding atas keputusan pengadilan itu. Sungguh ini menjadi gambaran yang sangat absurd di negeri ini, yang ingin menegakkan hukum, dan ingin mewujudkan ‘good governance’. Semuanya ini hanyalah menjadi sia-sia belaka.

    Apakah dengan kasus Gayus dan Misbakhun yang dibahas dalam rapat kabinet ini, hukum akan dapat tegak dengan adil? Presiden SBY seperti nya sudah kehilangan sebuah ‘momentum’, hanya bertindak ketika sebuah kasus sudah menjadi domain publik, dan menimbulkan kekecewaan yang menggunung. Maka peristiwa ini akan semakin menyebabkan frustasi dan kekecawaan yang yang dialami masyarakat yang menginginkan ditegakkan keadilan.

    Lebih pahit lagi. Bagaimana sekarang kalau mengikuti  perkembangan dan informasi yang dilansir berbagai media, yang memberitakan bahwa penjara-penjara yang ada menjadi pusat peredaran dan pengendalian jual beli narkoba. Sungguh tidak masuk akal bagaimana penjara yang sangat tertutup dan dijaga rapat-rapat bisa menjadi pusat pererdaran dan pengendalian peredaaran dan perdagangan narkoba? Apakah para narapidana yang dapat mengendalikan narkoba itu tanpa sepengetahuan aparat?

    Semua peristiwa yang sudah sangat transparan di berbagai media itu, hanyalah akan membenarkan apa yang dikatakan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK),  Mahfud MD, bahwa Indonesia akan karam. Indonesia akan tenggelam akibat maraknya jual-beli hukum, dan adanya ketidak adilan. Wallahu’am. (eramuslim.com)


    ,

    ___فصل
    فى ماهية العلم، والفقه، وفضله
    

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة 
    اعلم, بأنه لايفترض على كل مسلم، طلب كل علم وإنما يفترض عليه طلب علم الحال كما قال: وأفضل العلم علم الحال، وأفضل العمل حفظ الحال ويفترض على المسلم طلب ما يقع له فى حاله، فى أى حال كان، فإنه لابد له من الصلاة فيفترض عليه علم ما يقع له فى صلاته بقدر ما يؤدى به فرض الصلاة، ويجب عليه بقدر ما يؤدى به الواجب، لأن ما يتوسل به إلى إقامة الفرض يكون فرضا، وما يتوسل به إلى إقامة الواجب يكون واجبا

    Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu wajib bagi Muslim laki-laki dan Muslim perempuan".

    Perlu diketahui, bahwa setiap umat Islam tidak wajib mempelajari seluruh ilmu, melainkan diwajibkan mempelajari “ilmu Hal” (Ilmu Praktis). Sebagaimana seseorang mengatakan "ilmu yang paling utama adalah Ilmu Praktis. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga Hal (perilaku)".

    Dengan demikian wajib bagi umat Islam mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan kekinian, dalam hal apapun juga. Oleh karena mereka wajib mendirikan shalat, maka mereka wajib mempelajari ilmu yang berkaitan dengan shalatnya, sekadar untuk melaksanakan fardhu-fardhu shalat. Juga wajib bagi mereka mempelajari wajib-wajib shalat sekadar untuk melaksanakan wajib-wajib shalat. Mengapa? Sebab segala sesuatu yang mengantarkan kepada yang fardhu maka hukumnya fardhu, dan setiap sesuatu yang memperantarai terlaksananya hal yang wajib, maka hukumnya wajib.

    وكذا فى الصوم، والزكاة، إن كان له مال، والحج إن وجب عليه.   وكذا فى البيوع إن كان يتجر. قيل لمحمد بن الحسن، رحمة الله عليه: لما لاتصنف كتابا فى الزهد؟ قال: قد صنفت كتابا فى البيوع، يعنى: الزاهد من يحترز عن الشبهات والمكروهات فى التجارات.
                وكذلك فى سائر المعاملات والحرف، وكل من اشتغل بشيئ منها يفترض عليه علم التحرز عن الحرام فيه.

    Begitupula wajib mempelajari ilmu tentang puasa, zakat (kalau dia memiliki harta), dan haji (jika ia sudah mampu). Demikian juga tentang jual-beli jika dia berdagang.

    Muhammad Bin Al Hasan pernah ditanya mengapa beliau tidak menyusun kitab tentang zuhud, beliau menjawab, "aku sudah menyusun sebuah kitab tentang jual beli". Maksud beliau, yang dikatakan zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang syubhat (tidak jelas halal haramnya) dan yang dimakruhkan dalam berdagang.

    Begitupula seluruh bidang mu’amalah (interaksi sosial, seperti perdagangan) dan profesi, tiap orang yang sibuk dengan tugas-tugasnya ini wajib mengetahui tata cara berdagang dalam Islam supaya dapat menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan.

    وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل والإنابة والخشية والرضى، فإنه واقع فى جميع الأحوال.
                وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم.
                وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم بالسجود له.

    Setiap orang Islam juga harus mengetahui ilmu-ilmu yang berkenaan dengan perihal batin/hati, misalnya tawakal, tobat, takut kepada Allah, dan ridha. Sebab, semua itu terjadi pada segala keadaan.

    Tidak ada seorangpun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus hanya dimiliki ummat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa juga dimiliki binatang. Dengan ilmu  pengetahuan, Allah ta’ala mengangkat derajat Nabi Adam a.s diatas para malaikat – dan karena itu pula malaikat diperintah oleh Allah agar sujud kepada Nabi Adam a.s.

    وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية، كما قيل لمحمد بن الحسن رحمة الله عليهما شعرا:



    Ilmu itu sangat penting karena ia sebagai media (perantara) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al Hasan bin Abdullah dalam syairnya:



    تعـلـم فــإن الـعلـم زيـن لأهــلــه                      وفــضـل وعــنـوان لـكـل مـــحامـد
    وكــن مـستـفـيدا كـل يـوم زيـادة         من العـلم واسـبح فى بحـور الفوائـد
    تـفـقـه فإن الـفــقـه أفــضـل قائـد                     الى الــبر والتـقـوى وأعـدل قـاصـد
    هو العلم الهادى الى سنن الهدى                     هو الحصن ينجى من جميع الشدائد
    فـإن فـقيــهـا واحــدا مــتـورعــا                        أشـد عـلى الشـيطـان من ألـف عابد



    Belajarlah! sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya 
    # penuh keutamaan dan alamat orang-orang terpuji


    Jadilah tiap hari menambah ilmu yang manfaat
    # Dan berenanglah di samudera ilmu yang penuh manfaat


    Belajar pula ilmu agama, karena ia adalah nakoda terbaik
    # menuju kebajikan, taqwa, dan satu-satunya tujuan lurus

    Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan penuh petunjuk
    # Dialah tameng yang melindungi dari segala marabahaya

    Seorang ahli ilmu agama yang wara’
    # lebih berat bagi syetan daripada menggoda seribu ahli ibadah yang bodoh

    والعلم وسيلة إلى معرفة: الكبر، والتواضع، والألفة، والعفة، والأسراف، والتقتير، وغيرها) ، وكذلك فى سائر الأخلاق نحو الجود، والبخل، والجبن، والجراءة.
                فإن الكبر، والبخل، والجبن، والإسراف حرام، ولايمكن التحرز عنها إلا بعلمها، وعلم ما يضادها، فيفترض على كل إنسان علمها.
                وقد صنف السيد الإمام الأجل الأستاذ الشهيد ناصر الدين أبو القاسم كتابا فى الأخلاق ونعم ما صنف، فيجب على كل مسلم حفظها.

    Ilmu juga media agar mengetahui kesombongan, kerendahhatian, kasih sayang, pandai jaga diri, pemboros, pelit, dan lain sebagainya. Begitupula dengan akhlak-akhlak lainnya seperti baik hati, pelit, pengecut, dan pemberani.

    Sifat sombong, kikir, penakut, sikap boros, hukumnya haram. Tidak mungkin bisa menghindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta mengetahui cara menghilangkannya. Oleh karena itu setiap orang Islam wajib mengetahuinya.

    Adalah As-Syahid Nasyiruddin telah menyusun kitab yang membahas tentang akhlak. Kitab tersebut sangat bermutu, dan perlu dibaca. Karena setiap orang Islam wajib memelihara akhlaknya. (bersambung).
    (Alih bahasa: H. Taufiq Munir)

    Bila bencana melanda, siapa yang bisa menyangka?

    Berbagai bencana alam, kembali menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari 'tsunami' kecil di Wasior, Papua, yang menewaskan lebih dari 150 orang, disusul banjir di Jakarta yang mampu menghentikan denyut jantung aktivitas perekonomian Ibu Kota, lalu gempa dan tsunami di pantai Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat, yang merenggut lebih dari 115 nyawa, hingga awan panas Gunung Merapi yang mencapai suhu 8000C di Yogyakarta, seakan ikut andil untuk 'menyapa' manusia. Fenomena alam ini tak ubahnya secuil bukti kemahakuasaan Allah untuk menggambarkan betapa kecilnya kuasa manusia di dunia.

    Lebih dari empat miliar tahun planet bumi diciptakan beserta sumber dayanya, tak lain adalah untuk memfasilitasi hidup manusia. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk nomaden yang berasal dari alam azali, berpindah ke alam rahim, lalu lahir ke alam dunia. Selanjutnya, diantarkan ke alam barzakh dengan tempat pemberhentian di alam akhirat.

    Sesungguhnya, batas waktu (time limit) khalifah di bumi ini sangat singkat. Ia laksana seorang pengembara yang mampir untuk sekadar minum. Begitulah Rasullullah SAW menggambarkan kehidupan manusia di dunia.

    Setiap bayi yang lahir di alam fana ini tidak punya pilihan untuk hidup, kecuali dengan dua buah kitab, yakni kitab catatan perbuatan baik (sijjin) dan perbuatan buruk (illiyin). Itulah yang akan menyertainya sampai akhirat nanti. Ditambah lagi, dengan amanah Allah yang khusus diberikan kepada manusia, yakni shalat.

    Suatu ketika sahabat melihat Ali bin Abi Thalib RA ketika berwudhu. Kulitnya tampak berwarna kuning, dan badannya gemetar ketika shalat. Sahabat lain yang menyaksikannya kemudian bertanya kepada menantu Rasullullah itu. "Wahai Ali, mengapa engkau kelihatan seperti tidak sehat ketika berwudhu dan shalat?" Ali menjawab; "Bagaimana aku tidak gemetar, jika gunung, pohon, dan makhluk lainnya saja, tidak sanggup memegang amanah Allah ini."

    Hidup di dunia sangatlah singkat, tak sebanding dengan kehidupan di akhirat. "Para malaikat dan Jibril naik menghadap Allah, dalam sehari setara dengan 50 ribu tahun." (QS Al-Maarij [70]: 4).

    Berarti, waktu sehari di akhirat sama dengan 50 ribu tahun di dunia. Bila dikonversikan dengan umur manusia berdasarkan usia Rasullullah SAW (63 tahun), maka kehidupan manusia setara dengan 1 menit 49 detik di akhirat. Suatu waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, berhitunglah! Wallahu a'lam. [Republika]

    , ,

    Nama saya Mulhar Netty Anngraeni, sekarang duduk di kelas XII jurusan IPA. Saya dilahirkan di kota Mauk, tepatnya di Ir. Sutami No.19 Kp. Kebon, Mauk Timur – Tangerang.

    Sudah 3 tahun ini saya sekolah di MAN Mauk. Cukup banyak sudah pengalaman yang saya rasakan, begitu juga dengan ilmu dan prestasi yang saya dapatkan. Mulai dari prestasi akademik maupun non-akademik.
    Prestasi akademik yang pernah saya raih adalah:


    Pada kelas X Semester 1 & 2, Alhamdulillah saya meraih Juara ke-3.


    Pada kelas XI IPA Semester 1, prestasi akademik saya mulai menurun, yaitu hanya sebagai peraih Juara ke-5, tapi alhamdulillah di Semester 2 kembali saya meraih Juara 3.


    Dan pada semester pertama di kelas XII IPA ini, alhamdulillah saya masih dapat mempertahankan gelar juara di big three, alias tiga besar. Semoga di Semester akhir nanti saya masih tetap dapat mempertahankan prestasi akademik saya. Mohon doa ya, teman-teman. amin


    Sedangkan prestasi non-akademik yang pernah saya ukir di MAN Mauk, umumnya adalah prestasi-prestasi dari dunia organisasi, khususnya PMR. Memang sejak SMP saya sudah mulai menekuni organisasi ini, dan di MAN Mauk ini saya semakin mampu mengembangkan pengetahuan dan prestasi saya di dunia kepalangmerahan itu. Dan justeru dari aktivitas organisasi itulah saya mendulang prestasi. Terbukti, saat saya duduk di kelas X, saya mengikuti Dwi Lomba PMR se-Kabupaten Tangerang di Curug, dan meraih Juara I dalam bidang Pertolongan Pertama (PP).


    Kemudian saya juga pernah mengikuti Lomba Eksis 7 se-Provinsi Banten di SMAN 7 Tangerang Selatan. Alhamdulillah saya juga meraih Juara I kembali di bidang Pertolongan Pertama dan Juara II dalam pementasan Drama. Di event inipun PMR MAN Mauk dinobatkan sebagai Juara Umum Provinsi dan membawa pulang Piala Bergilir dari Gubernur.

    Saya dan tim pun kembali meraih Juara I dibidang Lomba yang sama, yakni PP ditingkat Jabodetabek yang saat itu pelaksanaannya di kampus UIN Ciputat.


    Karena merasa cukup mampu di bidangnya, PMR MAN Mauk berkesempatan menyelenggarakan event akbar, yakni TRI LOMBA PMR se-Kabupaten, yang pelaksanaannya pada tanggal 20 Desember 2009 lalu, dan di event ini PMR MAN Mauk dinobatkan sebagai pemilik wewenang sebagai Pelaksana Lomba khusus PP yang tidak diberikan kepada sekolah lain oleh PMI kab. Tangerang! Sungguh kebanggaan bagi saya karena dipercaya sebagai Ketua Pelaksana dari acara yang baru pertama kali diselenggarakan oelh PMR MAN Mauk ini.


    Lalu, di kelas XI, Alhamdulillah saya dipercaya untuk memimpin organisasi kemanusiaan ini (PMR). Hasil musyawarah menyatakan bahwa saya terpilih menjadi ketua PMR MAN Mauk masa bakti 2009/2010. Menjadi kebanggaan bagi saya bisa ikut bergabung serta memimpin organisasi yang cukup tersohor prestasinya di sekolah ini. Saat itu saya dan teman-teman kembali berkesempatan mengikuti Lomba PMR se-Provinsi di kampus UNTIRTA Serang. Disana kami kembali mengharumkan nama PMR MAN Mauk dengan menyabet JUARA I di bidang Perawatan Keluarga (PK).


    Dan kegiatan terakhir dikelas XII yang saya ikuti adalah JUMBARA (jumpa bakti gembira) PMI ke-4 se-Kab. Tangerang yang diselenggarakan di Buper Kitri Bakti, Curug. Saya dan teman-teman mengikuti kegiatan ini selama 4 hari. Kami kembali mengharumkan nama sekolah dengan meraih Peserta Terbaik Se-Kabupaten. Dan saya, alhamdulillah dinobatkan sebagai Relawan Aktif di PMI.


    Itulah beberapa prestasi yang pernah saya raih di MAN Mauk. Begitu banyak ilmu dan pengalaman yang mungkin tidak bisa saya dapatkan selain disekolah ini. Begitu banyak suka duka yang saya rasakan bersama teman dan guru-guru di MAN Mauk. Semuanya adalah bagian dari perjalanan hidup saya selama 3 tahun duduk di bangku Aliyah.

    Satu hal yang selalu saya ingat adalah, organisasi ternyata membawa kehidupan saya lebih dinamis, kreatif, dan menumbuhkan minat dan bakat menuju prestasi di sekolah. Alhamdulillah saya bisa meraih prestasi non-akademik di PMR, juga bisa tetap mempertahankan prestasi akademik di kelas. Itu membuktikan bahwa jika seseorang memiliki keingintahuan yang tinggi dan mau belajar dengan sungguh-sungguh serta mampu bersikap konsekuen dalam tindakannya, insya Allah, semua prestasi bisa diukir.


    Rewriter: Tewfik Mooner

    Sebuah kisah nyata di musim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al-Mannar Al-Jadid mengisahkannya:

    M
    usim panas merupakan ujian yang cukup berat terutama bagi Muslimah untuk tetap mempertahankan pakaian yang dikenakan atau etika yang menjadi perhiasan. Gerah atau panas sekalipun tidak menjadikannya menggadaikan akhlak. Musim panas di negeri Arab memang sangat menyiksa. Perjalanan jauh tanpa pengatur udara cukup membuat banyak orang tergoda untuk lari dari syariat Islam.
    Musim panas akan terasa kebalikan dari musim dingin. Pada musim dingin sekujur tubuh terasa dilapisi salju. Jalan keluarnya bisa dilakukan dengan menutup tubuh hingga leher rapat-rapat, insya Allah kehangatan badan bisa dijaga. Bagi kaum hawa, jilbab bisa multi-fungsi.

    Di sebuah perjalanan yang cukup panjang antara Kairo-Alexandria; di sebuah mikrobus... seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan menutup aurat, karena kondisinya yang tampak "menantang kesopanan"; berbaju ketat dan amat minim dengan celana pendek yang  "irit" juga. Tubuh montoknya dan nyaris semua garis lekuk tubuhnya tergambarkan dengan nyata. Dia berdiri diantara deretan para penumpang lain yang bergelayut karena tidak mendapatkan jatah tempat duduk. Puluhan pasang mata melotot tiada berkedip.

    Tentu saja cara berbusana seperti itu "mengundang" perhatian. Seorang kakek setengah baya berbaju putih dan berjenggot tebal yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan, bahwa pakaian seperti itu tentu saja melanggar aturan agama, norma dan adat ketimuran disamping mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri.

    Apa respon si perempuan itu? Rupanya dia tersinggung dan murka. Ia ekspresikan kemarahannya karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian baginya ialah hak  prerogatif individu manusia-manusia merdeka. Ini era Hak Asasi Manusia, bung.

    "Jika memang bapak merasa terganggu, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya tempat di neraka Tuhan Anda!!" bentak si perempuan itu.

    Sebuah respon yang sangat frontal. Puluhan pasang mata tertuju. Sang kakek hanya beristighfar... ia terus menggumamkan kalimat-kalimat tauhid.

    Beberapa penumpang turun. Lalu, dia duduk menggantikan, tepat di ujung kursi dekat bab al-khuruj, pintu keluar.


    Detik-detik berikutnya suasana hening mencekam. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali wanita muda itu. Hingga sampailah perjalanan di penghujung tujuan: di sebuah terminal akhir mikrobus Alexandria.

    Kini semua penumpang siaga turun, namun terhalangi oleh wanita muda tersebut yang masih terlihat tertidur, maklum ia berada persis dekat pintu keluar. "Bangunkan saja!" teriak salah seorang penumpang.

    Tahukah apa yang terjadi? Wanita muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Dia menemui ajalnya. Seisi mikrobus histeris. Mereka beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan kakek tua yang duduk di sampingnya.

    Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan!

    Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya.
    Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat.
    Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk.
    Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah.

    Dan, entahlah. Sudahkah wanita muda itu mendapatkan neraka yang ia booking?

    ,

    Setiap orang bangga dengan kehormatannya. Dia akan merasa muak dan tidak puas jika kehormatannya diusik, diejek atau dihina. Motif segala fenomena menyepelekan orang lain bisa berupa kekuasan yang tiran atau juga adanya dominasi  sifat dzalim dalam diri, bisa juga akibat rasa takabbur dan lebih unggul dari manusia lain.

     

    Menghina orang lain bisa menimbulkan reaksi saling ejek dan saling hina lagi, serta menumbuhkan keinginan untuk melampiaskan dendamnya saat kesempatan itu ada juga dengan hinaan lagi.

     

    Bentuk-bentuk penghinaan itu antara lain: menjuluki orang lain dengan julukan yang jelek, mengumpat, mencela dan mencaci orang lain. Allah berfirman: "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela." (QS. Al Humazah: 1) Atau adzab dan lembah jahannam akan diberikan kepada siapa yang mencaci aib seseorang.

     

    Allah swt telah menjaga kehormatan setiap manusia. Dalam al Qur'an Dia berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam." (QS. Al Isra: 70)

     Allah juga melarang mengolok-olok orang lain, Dia berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-ngolokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-ngolokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk." (QS. AL Hujuraat: 11)

     Atau satu masyarakat tidak boleh mengolok-olok masyarakat lain karena bisa jadi yang diolok-olok lebih baik dari yang mengolok-olok.

     

    Sunnah dan hadits Nabi juga telah menjelaskan dan menegaskan apa yag disinyalir oleh al Qur'an. Di antaranya apa yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa rasulullah saw telah bersabda: "Seseorang dianggap memiliki benih kejahatan dengan hanya menghina saudaranya yang muslim." Atau, seseorang cukup dikatakan penjahat jika dia telah menghina saudaranya muslim, bahkan non-muslim sekalipun, karena mereka semua merupakan makhluk Allah ta'ala.

    Motif menghina yang paling penting biasanya adalah rasa takabbur, seperti yang diriwayatkan Muslim dari Ibn Mas'ud ra, bahwa Rasulullullah saw bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji jagung." Seorang laki-laki bertanya: bagaimana jika seseorang ingin pakaiannya indah dan sendalnya juga bagus? Lalu beliau menjawab: (Allah itu indah dan mencinta keindahan, sementara kesombongan dapat memotong hak dan menghina manusia." Atau bahwa memperindah penampilan, pakaian dan sepatu serta bentuk bukan merupakan kesombongan. Tapi kesombongan yang tercela adalah yang termasuk dosa besar, yaitu menghina manusia dan meninggalkan dan memasung hak. Siapa yang mengerjakan kebatilan dan meremehkan seruan hak dan kekuasaannya, maka dialah orang sombong yang balasannya adalah neraka serta dilarang masuk surga.

     

    Sombong dan merasa besar hanyalah sifat milik Allah semata. Karena Dialah pemilik segala kekuasaan yang mutlak, kehendak yang terlaksana, dan keinginan yang universal. Dialah yang memiliki sifat rahmat yang maha luas dan sebaik-baik pengampun dosa hambaNya.

     

    Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Abdullah ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Seorang laki-laki ada yang berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan'. Lalu Allah berkata: 'Siapa yang bersumpah demi aku ini? Tidakkah aku selalu memaafkan si fulan? Sesungguhnya aku telah mengampuninya, dan aku telah membatalkan pahala amalmu!'."

     

    Dalam hadits ini mengandung betapa besar karunia, rahmat dan ampunanNya untuk hambaNya. Hadits juga mengandung ancaman bagi orang yang menghina seorang muslim dan lainnya serta perlunya menghindari vonis tertentu kepada orang lain. Pekerjaan ini hanya khusus hak Allah. Di luar ketentuan tersebut pekerjaan ini dianggap bertentangan dengan etika Allah dan melampaui batasNya.

     

    Allah juga mengharamkan mencemooh orang lain jika orang itu terkena musibah, bencana, atau kesulitan financial. Berdasarkan firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10). Juga firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat." (QS. An Nuur: 19)

     

    Mencemooh adalah bentuk lain dari penghinaan yang bertentangan dengan prinsip ukhuwwah imaniah yang mengandung ketentuan bahwa seorang mukmin mesti ikut merasakan kesakitan dan kebahagiaan saudara mukmin lainnya. Di samping hal itu juga bertentangan dengan haramnya kehormatan manusia, seperti yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah: "Setiap muslim diharamkan atasnya seorang muslim lain dalam hal: darahnya, hartanya dan kehormatannya."

     

    Balasan bagi orang-orang yang mencemooh orang lain adalah akan diberikan kepadanya bala. Sementara bagi orang yang dicela akan tetap dijaga kesehatannya oleh Allah.

     

    Tirmidzi meriwayatkan –hadits hasan—dari Watsilah bin al Asqa' ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Jangan engkau cemooh saudaramu, karena Allah akan memberi rahmat baginya dan akan memberi bala kepadamu." Atau sanksi orang yang mencemooh di dunia berupa musibah yang akan berpindah kepadanya, sementara yang dicela akan terbebas dari hinaan dan diberikan rahmat oleh Allah ta'ala. (Taufik Munir)


Top