Anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung belum beruntung anda belum beruntung anda beruntung anda belum beruntung belum anda beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum anda belum beruntung anda belum beruntung belum beruntung anda belum anda belum beruntung anda belum beruntung belum beruntung belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung anda belum beruntung belum beruntung.

     Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Ketidakberuntungan ini bukanlah jawaban, dan bukan final.  Barangkali ada hal-hal teknis yang tidak bisa menjawab ini, mungkin berkaitan dengan pola perilaku, sesuatu yang bersifat afektif, dan mudah-mudahan tidak berkaitan dengan prestasi belajar atau kognitif. 

    Sebaiknya, diskusikan ini baik-baik dengan pihak Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum, yaitu Bapak H. Ikhwan Kamil Marfu, M.Pd. Jangan menunda-nunda waktu lagi, silakan hari ini menghadap beliau. 

    Terima kasih.

    Salam dari kami,
    Admin Blog MAN Mauk.

     
     






    Al-Quran Perisaiku

    Cerpen: Rahmita El Jannati


    Derap langkahnya lincah dan teratur. Selincah pergerakan impuls yang berlalu lalang di setiap sel otaknya. Matanya menatap lurus ke depan, menyibak molekul kekaguman dari sekitar yang bermuara padanya. Suara berbisik terlantun dari mulut-mulut makhluk dengan rok abu-abu selutut. Di ujung koridor kelas, seorang teman wanitanya sengaja menyingkap rok beberapa senti di atas lutut. Berharap mata elang itu menukik pada keindahan kakinya. Sayang, gadis tadi tak lebih layaknya debu yang terbang dan menghilang. Lelaki itu tak tertarik sama sekali.

    Dua sohib bernama Ferdi dan Evan telah menunggunya diambang gerbang. Mereka ber-tos ala mereka sebelum Evan memulai celotehnya.

    "Wuih, hebat lu bro! lu berhasil ngalahin kak Hamdi? Ck-ck-ck. Padahal dia kan senior yang udah nyebar kemana-mana kemampuan debatnya. Seantero sekolah juga hafal nama dia!"

    "Tapi pastinya nama gue lebih booming dong…" sosok itu mendaratkan jari di dadanya sendiri. Evan dan Ferdi tertawa mengiyakan.

    "Yupz! Mau debat sains, politik, ekonomi, atau apa ajalah, argumen-argumen lu ngebuat lawan bungkam dan kalah tekak! Kayak kak Hamdi tadi!"

    "Survei membuktikan, dari setiap ajang debat yang diadakan sekolah ini, cuman lu yang selalu top rank. Gelar The Master emang pantes buat lu!"

    Bibir sosok itu tak lagi horizontal. Melainkan membentuk bulan sabit yang tertidur. Ia sedikit terkekeh mendengar pujian itu.

    "Tak heran kalau Bu Ratna, gokur fisika kita, seneng sekali sama lu."

    Ucapan singkat Ferdi membuat kening lawan bicaranya berkerut.

    "Maksud gue, beliau sebegitu kagumnya sampai-sampai tak jarang mengobral nama si Desia di depan lu."

    "Kayak mau ngejodoh-jodohin gitu ama anaknya…" Evan membumbui hingga mereka mereka tergelak hebat.

    Tak ada yang boleh menyaingiku, batinnya bersuara. Biji-biji keangkuhan telah berkecambah di dada Junior, nama lelaki berwajah perfect itu.

    ***

    Seluruh kelas XI mendadak riuh dengan jerit para penghuninya.

    Pasalnya, Junior Sang Idola terpilih jadi utusan sekolah untuk mengikuti lomba debat se-kabupaten Bandung. Bangganya ia. Terbetik dalam hatinya untuk merebut piala serta piagam penghargaan dari lawan-lawannya.

    Siang itu, matahari bersinar lebih terik. Lidah planet terpanas itu menjulur-julur dari balik dedaunan pohon tempat Junior memarkir motor. Sebuah suara memanggil tepat ia meletakkan helm di kepalanya. Rupanya Nirvan. Anak kelas IPA 1.

    "Selamat! Kau tersaring untuk ikut lomba spektakuler itu." Disalaminya jemari Junior dengan mantap. Yang disalami tersenyum sumringah.

    "Kuberi tahu satu hal. Ini adalah rahasia umum di luar sana. Tapi mungkin saja kau belum tahu." Mendengar kata debat, jiwanya bergelora seketika." Rahasia apa?"

    "Ada seseorang yang tak kalah hebatnya darimu. Ia bisa membabat habis lawan-lawannya dengan sekali gebrakan. Mungkin saja ia jadi lawanmu nanti."

    "Kau pikir aku takut?"

    "Pembicaraanku tak menuju kesana,Bung! Aku hanya menyarankan agar kau hati-hati. Dia makhluk yang cukup cantik."

    Junior mengeleng-gelengkan kepalanya. "Ada-ada saja kau ini."

    ***

    Jantung junior laksana puncbag yang dihantam seorang petinju. Kini giliran ia kembali mengemukakan argumen yang sebelumnya hampir selalu ditangkis lawan yang duduk di depannya itu. Sebab Wanita Tertindas adalah topic yang juri tentukan untuk lomba kali ini.

    "Wanita selalu tertindas, terbelakang, dan diabaikan khususnya pada masa silam, itu karena akibat hukum turun temurun yang harus mereka tanggung atas kesalahan yang di lakukan nenek moyangnya, yaitu Hawa." Junior berhenti sejenak dan meneruskan kata-katanya.

    "Hawa di takdirkan sebagai penggoda. Ia tak bersyukur atas nikmat syurga yang ia terima dengan mendesak Adam untuk memetik buah terlarang. Kalau bukan Hawa, tak akan ada lelaki yang suka hal-hal terlarang. Tak akan ada wanita yang mengkhianati suaminya. Sifat-sifat buruk mutlak seperti lemah, senang berfoya-foya, penggoda, semuanya itu menjadi faktor wanita ditindas dan diabaikan. Sifat-sifat tersebut dapat menjadi penghambat dalam dunia politik, ekonomi, serta bisnis bila wanita bergelut di dalamnya. Sebabnya, wanita dapat menimbulkan kekacauan dan merusak semua tatanan dengan sifat-sifat buruknya.. Bicara tentang sifat, berarti kita memasuki lingkup hukum pewarisan sifat. Dari mana sifat-sifat itu berasal? Tentunya itu diwariskan wanita-wanita sebelumnya. Dan ujung-ujungnya merujuk pada wanita pertama yang diciptakan. Dia adalah Hawa!" Suara junior sedikit menggelegar, mengiring pikiran para audience pada sejarah awal penciptaan dua insan di syurga. Junior yakin, bahwa pengetahuannya tentang topik ini bisa menggulingkan perempuan yang pernah Faisal ceritakan. Ia bernama Khansa. Mulut perempuan berhidung mancung itu siap meluncurkan ketidaksetujuannya terhadap pendapat Junior.

    "Pendapat anda mengenai tertindasnya wanita karena kesalahan Hawa adalah kesalahan besar." Para penonton terhipnotis dengan kalimat pertama Khansa. Mereka diam bak patung-patung Mesir kuno.

    "Tidak adil bila Hawa harus menanggung seluruh kesalahan itu. Adam dan Hawa sama-sama tergoda oleh provokator ulung di belakang mereka, yaitu Iblis. Iblis tahu Hawa itu lemah, sehingga ia lebih menekankan rayuannya pada Hawa. Jika ingin menyalahkan Hawa karena ia lemah, seharusnya Adam bisa dan dituntut untuk tahan godaan. Saya tak mau menyalahkan salah seorang dari mereka karena keduanya sama-sama bertanggung jawab terhadap pengusiran dari syurga." Khansa tetap dalam sikap tenangnya.

    "Hukum pewarisan sifat tidak bisa jadi alasan kuat. Rasulullah di masa silam telah meluruskan perilaku dan adat-adat wanita Jahiliah. Akhlakul karimah akhirnya terbentuk, dan pemahaman untuk menjahui sifat buruk yang anda sebutkan sudah menjadi sesuatu yang dipegang teguh dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga tidak setuju bahwa wanita jadi pengacau dalam sektor-sektor sosial. Banyak kok, laki-laki yang melejit dalam karir maupun ibadah karena perempuan. Kalaupun banyak yang lalai, itu bukan semata-mata kesalahan wanita. Namun karena mental keislamannya yang belum sempurna. Pepatah mengatakan, wanita adalah tiang agama. Mengapa? Karena kejayaan suatu peradaban dimulai dengan beresnya rumah tangga yang di tangani oleh kaum hawa.. Intinya, tertindasnya wanita tak ada sangkut paut dengan Hawa. Melainkan banyak dari kaum penindas yang terkontaminasi oleh unsur misoginis yang disusupkan Yahudi yang menyebutkan hawa pendosa. Sehingga, wanita dapat diberlakukan semena-mena. Bagaimana pendapat anda selanjutnya?"

    Junior terpekur. Otaknya mendidih. Dadanya terbakar. Pikirannya mencari cara untuk mempertahankan argumennya. Obsesinya untuk menjadi nomor satu meletup-letup namun tak ada sepatah katapun yang bisa ia lontarkan. Sorot mata Khansa seolah berkata 'Mana lagi argumenmu? Ayo keluarkan!'. Junior gelisah. Ia tak dapat berfikir. "Tok-tok-tok" Juri memukul palu di atas meja tanda waktu aju pendapat gilirannya telah habis.

    "Shit! "umpat Junior pelan.

    ***

    Junior tak habis fikir, mengapa dirinya bisa jatuh oleh wanita seperti Khansa. Dibalik ketajaman argumentasinya, pasti ada sesuatu yang tersembunyi, gumam Junior. "Akan kuselidiki!" Ia mengirim SMS pada Faisal untuk meminta alamat sekolah Khansa.

    ***

    "Kau mau tau rahasiaku?" Khansa menggoda Junior. Lelaki itu mengangguk cepat. Ia sebenarnya gengsi menanyakan langsung pada rival barunya itu. Tapi ia coba menguburnya dalam-dalam.

    "Sederhana saja. Rahasia itu adalah Al-Quran. Tempat segala ilmu bersumber. Dalam Al-Quran, terdapat jawaban dari setiap permasalahan yang muncul di permukaan. Ia memberikan solusi dan pengarahan yang akurat dan terbukti kebenarannya. Dalam setiap perdebatan, argumen yang kupakai diambil dari penjelasan Al-Quran. Karena Ia adalah referensi kehidupan setelah hadist."

    Junior termanggu. Ia telah menemukan kuncinya, tapi tak bisa mempergunakannya. Kitab tebal itu hampir tak pernah ia jamah. Karena keindahan warna covernya yang berwarna emas, Al-Quran hanya jadi pajangan antik di lemari kaca. Junior sadar, ternyata di dalamnya terdapat hal-hal berharga yang hanya dapat terkuak oleh orang-orang yang mempelajari dan memahaminya.

    "Aku selalu tenggelam dalam keindahan dan kesejukan tiap kali membacanya. Aku jatuh cinta pada Al-Quran. Mempelajarinya adalah bagian hidupku. Setiap dua hari sekali, aku mengkaji dan menghafal Al-Qur'an bersama seorang Ustadzah ditempat pengajianku. " sambung Khansa.

    Junior semakin terpaku. Betapa selama ini kesehariannya jauh dari nilai-nilai Al-Quran. Ia telah membentangkan jarak dengan petunjuk-petunjuk Tuhannya.

    Junior tertunduk, menenungi dirinya sendiri. Tarikan nuraninya muncul membuahkan satu tekad. Ia ingin menjadi manusia yang lebih berarti. Ingin memiliki pegangan jelas dalam hidupnya sehari-hari. Ia ingin mendalami Al-Quran seperti yang Khansa yang telah mendapat banyak kemudahan dan kebahagian.

    "Khansa, aku tertarik untuk belajar Al-Quran serta maknanya. Bolehkah aku ikut mengaji di tempat pengajianmu?'

    "Siapa yang melarang?" senyum Khansa terlihat seperti pelangi terbalik di mata Junior. Kembali menjadi The Master dengan Al-Quran sebagai perisai ketika debat, mengapa tidak? pikirnya. (RE)


    rahmitael@yahoo.com

    Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi

    (Artikel Dr. Stephen Carr Leon)

    Patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?" Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri? Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin. Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami. Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika. Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?" Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius." Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

    Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang- kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan. Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi.. Begitu Stephen menceritakan, "Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet)," ungkapnya. Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

    Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel. Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi. Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, "Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !" katanya.

    Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus.. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara. Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius. Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

    Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya. Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta! Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?

    Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina.

    Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina?

    Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi. Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid. Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal. Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "Goblok!" kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini. "Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu. Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!! "Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia? Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?

    ,

    Nama saya Didin Hadiat, M.Pd. Saya dilahirkan di Bandung, 5 April 1970 atau 4 Mei 1970, bertepatan dengan bulan Muharram hari ke 18 tahun 1390 H. Sekarang ini saya tinggal di desa Jati, tepatnya di desa Buaranjati RT 03/04 yang biasa disebut dengan desa “Jati Lio”. Maklumlah, di Jati ini banyak jalan dan juga gang-gang yang semuanya punya nama dan makna. Konon, disebut Jati Lio karena di sana terdapat sekelompok pemuda yang punya keterampilan musik bagus, lalu membentuk gank tersendiri namanya “Lio”. Sejak saat itu masyarakat menamakannya Jati Lio.

    Terlepas dari penamaan itu, yang jelas di tempat saya berhijrah ini saya bertemu dengan seorang gadis bernama Wiwin Mutamimah. Makhluk jelita itu berhasil memikat saya, hingga akhirnya menikah, dan kini telah dikaruniain tiga anak yang lucu-lucu: Rani Nur Alfi Laila (Alfi), Syntia Hanna Adila (Dila), dan Muhammad Subhan Praja Nugraha (Deden). Alhamdulillah.

    Memang sejak SDN Cisarua dan SMPN 1 Cisarua Bandung ranking saya selalu bagus, jadi saya ‘ngebet’ pengen masuk Akabri atau APDN. Namun setelah lulus dari SMAN 2 Cimahi, lalu melanjutkan ke IKIP fakultas FMIPA jurusan Pendidikan Kimia, takdir merubah cita-cita saya. Ya, karena sekarang saya menjadi seorang guru madrasah negeri (MAN Mauk), sebuah profesi yang lebih mulia dari yang apa yang saya impikan. Bahkan tak tanggung-tanggung, saya dipercaya oleh negeri ini untuk mengatur bagian kurikulum. Sungguh amanah yang berat, tapi saya berusaha untuk menjalani sepenuh hati. Maklumlah, urusan Kegiatan Belajar-Mengajar memang sudah saya jalani di MAN Mauk ini sejak tahun 1997 -- sebuah pengabdian yang tidak sebentar.

    Berbekal pengalaman segudang itu pula, kepercayaan lembaga pendidikan terhadap saya memuncak. Tepatnya beberapa tahun sebelum menyelesaikan S2 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya jurusan Teknologi Pembelajaran, saya juga harus memegang amanah lain sebagai Pembantu Ketua I di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (STKIP) Dinamika Umat Tangerang. Di sana terdapat dua fakultas, yaitu fakultas Pendidikan Agama Islam dan fakultas ekonomi. Saya juga menangani urusan kurikulum.

    Pesan saya untuk Anak-anak MAN, bersungguh-sungguhlah belajar. Sebab, tak ada sesuatupun yang tak dapat diraih dengan belajar dan kesungguh-sungguhan. Kata pepatah Arab, “man jadda wajada” (Saha nu kereung, pasti pareng). []



    KURANG LEBIH 14 Abad yang lalu seharusnya dunia ini sudah dihancurkan Allah Swt. Betapa tidak! Tidak ada sejengkal tanah pun di atas muka bumi ini kecuali dipenuhi oleh kemaksiatan dan kedurhakaan terhadap Allah. Sementara nama Allah sudah hampir tidak disebut-sebut lagi di belahan bumi manapun.

    Romawi yang hebat dan terkenal dengan sistem kerajaannya, nyatanya hanyalah sebuah mesin penindasan yang paling ganas terhadap rakyatnya sendiri. Sistem perpajakannya yang zalim menjadikan seluruh rakyatnya tidak mampu membayar pajak, meski bekerja keras sepanjang tahun. Parsi pula adalah pusat kemaksiatan dan kedurhakaan tiada tara di atas muka bumi ini. Kemusyrikan Majusi bersanding rapat dengan kesombongan dan kemaksiatan yang berpusat pada istana-istana Kisra Parsi sendiri. Sementara India yang musyrik telah menggantikan kedudukan Allah dengan ribuan sembahan. Bahkan binatang seperti sapi, gajah, elang, ularpun mereka jadikan tuhan. Sementara sistem kasta India yang zalim masih dapat kita saksikan sampai zaman kita hari ini. Lalu, bangsa Arab apa kurangnya. Di sana tiada siapa lagi yang dapat mengenal definisi kebenaran. Sebab kosakata itu telah ribuan tahun lamanya tertimbun debu sejarah.

    Bukankah tidak salah jika Allah hancurkan bumi saat itu? Allah pernah menghancurkan kaum Aad dan Tsamud dan kaum Luth hanya karena syirik plus satu kedurhakaan? Maka siapa yang dapat menghalangi Allah untuk menghancurkan dunia yang sudah dipenuhi oleh kemusyrikan berbungkus ratusan jenis kedurhakaan! Namun Allah sendiri yang telah menetapkan atas Zat-Nya, rahmat dan kasih sayang. Bahkan Nabi SAW menerangkan bahwa rahmat Allah lebih luas dari kemurkaan-Nya. Maka Allah tidak menghukum manusia atas dosa mereka saat itu. Bahkan sebaliknya diteteskannya ke atas mukabumi yang panas ini setetes embun dari pelimbahan kasih-Nya. Itulah Muhammad SAW. Bulan ini kita mengenang dan mensyukuri kembali peristiwa kelahiran itu. Kelahiran yang mengakibatkan terpadamnya api sembahan di biara-biara Majusi, menggoncangkan istana-istana kisra Parsi serta meruntuhkan puluhan gereja di Buhairah. Kelahiran yang membungkam kesombongan jin Ifrit dan pasukan intelnya, yang pasca kelahiran itu tidak bisa lagi mencuri berita dari langit. Kelahiran yang disambut gembira oleh seluruh makhluk Allah di langit dan di bumi.

    Sudah seimbangkah kesyukuran dan kegembiraan kita terhadap kelahiran Nabi Saw dengan kegembiraan Abu Lahab yang terkutuk? Dia yang namanya dikutuk Allah sampai kiamat dalam surah Al-Lahab pernah gembira mendengar kelahiran Rasulullah Saw. Sampai-sampai Tsuwaibah budak Perempuan yang menyampaikan berita itu dimerdekakannya serta merta!

    Umat Yahudi yang terbebaskan dari kejaran Firaun pada tanggal 10 Muharam menjabarkan kesyukurannya dengan berpuasa, bersedekah, dan berbuat amal kebajikan pada tanggal itu. Menyaksikan hal tersebut, Rasulullah Saw langsung mengesahkannya sebagai sebuah kesyukuran yang patut pula dilaksanakan oleh umat Islam. Lalu mengapa kegembiraan akan selamatnya seluruh umat manusia dari azab Allah dengan kelahiran Rasulullah Saw tidak boleh diekspresikan dengan memberikan makan fakir miskin, membaca sirah perjalanan hidupnya, bersedekah, dan membuat amal kebajikan pada hari tersebut?

    Justru itulah Imam Ibnu Hajar, An-Nawawi dan As-Suyuti bahkan mensunnahkan perayaan Maulid Nabi Saw. Sepengetahuan penulis tidak pernah terdengar seorangpun ulama salaf dari zaman dahulu yang mengharamkan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Lucunya orang zaman sekarang justru banyak yang berani membid'ahkan hal ini dengan merujuk pendapat ulama-ulama zaman sekarang.

    Tinggalkanlah polemik mengenai itu.

    Hari ini, marilah kita mengenang tangisan Rasulullah Saw saat tubuhnya yang suci berlumuran darah dilempari batu oleh penduduk Taif. Dekatkan telinga kita ke bibirnya yang harum saat beliau merintihkan sakitnya kepada Allah seraya berkata: "Duhai Allah, karuniakan petunjuk-Mu pada umatku, karena sesungguhnya mereka belum menyadari."

    Hari ini, marilah kita berdiri di sampingnya saat Abu Jahal mencaci maki Rasulullah dan memukul kepala beliau dengan batu hingga berdarah. Duhai.. tinggallah sebentar bersamanya saat Abu Lahab, paman yang tadinya amat menyayanginya, tiada henti menghinanya sebagai orang gila dan tukang sihir. Atau saat Uqbah bin Mu'ith mencabik-cabik baju Nabi Saw dan meludahi wajahnya yang suci? Allahummashalli 'ala sayyidina wa habibina wa mawlana Muhammad, wa 'ala aalihi wa sahbihiajma'in.

    Tidak ada yang diharapkan Nabi saat ia menanggung semua penderitaan itu, kecuali agar kita umatnya meyakini ajarannya dan mengikuti sunnah-sunnahnya. Jika kita mengamalkan ajarannya dan melaksanakan sunnahnya, maka benarlah cinta kita kepadanya. Jika sebaliknya.. jangan harap kita dapat melihat wajahnya di duniaini, apalagi di akhirat nanti. Bahkan nauzubillah, beliau tidak akan berkenan memberikan seteguk air pun dari telaga al-Kautsar saat kehausan mencekik leher dan jantung di padang Mahsyar. Padahal seteguk saja air tersebut kita minum dari tangan beliau yang harum, hilanglah dahaga kita sampai masuk kedalam syurga.

    Rindu kami padamu Ya Rasul
    Rindu tiada terperi
    Berabad jarak darimu ya Rasul
    Serasa dikau di sini.

    www.zonastudi.co.cc

    MAN MAUK Dinobatkan sebagai Madrasah Paling Berprestasi se-Propinsi Banten tahun 2005



    I. Prestasi dalam bidang Akademik

    Tahun Pelajaran 1999/2000
    · Rata – Rata NEM Terbaik ke-10 Program IPA untuk Madrasah Aliyah se Propinsi Jawa Barat dan Banten

    Tahun pelajaran 2000/2001

    · Rata – Rata NEM Terbaik ke-8 program IPA untuk Madrasah Aliyah se-Propinsi Jawa Barat dan Banten · NEM tertinggi Madrasah Aliyah program IPA tingkat Jawa Barat dan Banten (47.89) · Peringkat ke-16 Siswa kelas III “ Lomba IPTEK Tertulis 2001” antar SLTA/MA/SMK se- Indonesia.

    Tahun pelajaran 2001/2002

    · Rata – Rata NEM IPA naik sebesar 3.79 poin dan Rata-rata NEM IPS naik sekitar 2.84 dari Tahun Pelajaran 2000/2001 (Propinsi Banten tidak merengking) · Lulusan diterima di Universitas Indonesia jurusan Fisika · Peringkat ke-33 Siswa kelas III “ Lomba IPTEK Tertulis 2002” antar SLTA/MA/SMK se- Indonesia.

    Tahun pelajaran 2002/2003

    · Juara II Lomba Cerdas Cermat Matematika Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta · Rata – Rata NEM Terbaik program IPA untuk Madrasah Aliyah se-Propinsi Banten Tahun pelajaran 2003/2004
    · Juara III Olimpiade IPS antar SMU/MA Negeri se-Kabupaten Tangerang, yang diselenggarakan oleh Diknas Pendidikan Kab. Tangerang · Juara III Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta
    Tahun pelajaran 2004/2005
    · Juara III Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta Tahun pelajaran 2005/2006
    · Juara III Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta
    · Peringkat 16 Olimpiade Matematika antar SLTA se-Propinsi Banten yang diselenggarakan oleh UNTIRTA (Jumlah peserta 82).

    Tahun pelajaran 2006/2007
    · Juara II Olimpiade Matematika antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Juara II Olimpiade Kimia antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Juara II Olimpiade Bahasa Arab antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Juara III Olimpiade Biologi antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Juara I Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh UIN Jakarta

    Tahun pelajaran 2007/2008

    · Juara II Olimpiade Biologi antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Juara III Olimpiade Matematika antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Juara III Olimpiade Bahasa Inggris antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
    · Semi final Lomba Cerdas Cermat Matematika antar SLTA se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Untirta Banten
    · Juara I Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh UIN Jakarta



    II Prestasi Non-Akademik

    Tahun 1996
    · Juara 2 gerak jalan putra tk.SMU/umum HUT RI ke-51 tk. Perwakilan sukadiri-tangerang 1996
    · juara 1 cerdas cermat tingkat SMU HUT RI ke 51 tk. Perwakilan kec.sukadiri Kab.DT II tangerang 1996
    · Juara 2 gerak jalan putri tingkat SMU/UMUM HUT RI ke-51 tahun 1996 tingkat perwakilan kec.sukadiri Kab. DT II Tangerang

    Tahun 1997
    · Juara 2 Bola Volly Putra MA Kabupaten tangerang dalam rangka HAB Depag ke-52 tahun 1997
    · Juara 1 lari 4500 M putri Kab. Tangerang dalam rangka HAB Depag ke-52 tahun 1997
    · Juara 2 cerdas cermat MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab. Tangerang (1997)
    · Juara 1 catur putra MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 2 gerak jalan putra MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 1 kaligrafi MA dalam rangka HAB Depag Ke-52 Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 3 Gerak jalan putri dalam rangka HAB Depag Ke-52 Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 2 Karya tulis bahasa Indonesia MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 3 lari 4500 M putra MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab. Tangerang (1997) · Sangga prestasi cukup putri SMU/MA hiking reli lepas pantai IV kwaran mauk (28 Desember 1997)
    · Juara 2 bola volley putra MA dalam rangka HAB Depag ke 52 Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 1 gerak jalan putra dalam rangka HAB Depag Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 2 Baca puisi putri dalam rangka HaB Depag Kab.Tangerang (1997)
    · Juara 1 Gerak jalan putri tingkat MA HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)

    Tahun 1998

    · Juara 1 gerak jalan tk.SLTA/umum putri HUT RI ke 53 (1998)
    · Juara 2 gerak jalan tingkat SLTA /umum putra HUT RI ke-53 kemantren sukadiri 1998
    · juara 1 kaligrafi putri perkemahan SIR XI Kwarcab Kab. Tangerang 1998/1419 H
    · juara 3 gerak jalan tk.SLTA/Umum putra HUT RI ke-53 kemantren sukadiri 1998
    · Juara 3 lomba menulis naskah pidato putrid perkemahan SIR XI kwarcab-Tangerang 1998/1419 H

    Tahun 2000

    · Juara 3 MSQ, MTQ/MSQ tk.SLTA se-Kab.Tangerang (27-28 Maret 2000)
    · Juara II dalam Lomba Musabaqoh sahril Quran Pesanrama se- Kabupaten Tangerang (2000)
    · Juara harapan 3 putri hiking rambah desa 2 pramuka penegak dan pandega kwarcab Kab. Tangerang di Tigaraksa (12 Maret 2000)

    Tahun 2001

    · Juara 1 hiking jelajah desa HJD kwartir ranting gerakan pramuka kec.sukadiri 2001
    · Juara 1 putri HJD kwartir ranting gerakan pramuka kec.sukadiri 2001
    · Juara`umum HJD kwartir ranting gerakan pramuka kec.Sukadiri tahun 2001 (Piala Bergilir Camat)
    · Juara 2 lomba gerak jalan putri tingkat SLTA/Umum HUT RI ke-58 Kec.Sukadiri (2001)

    Tahun 2002
    · Lomba Musabaqah Syahril Qur’an Pesantren Ramadhan kwarcab Kabupaten Tangerang
    · Juara III MSQ dalam lomba MTQ/MSQ SMUN, SMKN & MA se-Kab.Tangerang (2002)
    · Rangking Ke-7 dalam seleksi siswa teladan se-Kab. Tangerang (2002)
    · Juara 1 catur beregu putra se KKM MAN Mauk 2002/2003
    · Kaligrafi putri Porseni se-KKM MAN Mauk 2002/2003
    · Juara 2 Syahril Qu’ran Porseni se-KKM MAN Mauk th.2002/2003
    · Juara MTQ putra porseni se-KKM MAN Mauk th.2002/2003
    · Juara 1 gerak jalan putri tingkat SLTA HUT RI ke-52 Kec.Sukadiri 2002
    · Juara III MTQ Putri Porseni Se-KKM MAN Mauk 2002/2003 · juara 3 catur beregu putra Porseni se-KKM MAN Mauk (2002)
    · Juara 3 tenis meja putra porseni se-KKM MAN Mauk (2002)
    · Penghargaan tim Qosidah dalam rangka khaul tuan Syeh Abdul Kodir Zaelani Mesjid Agung Nurul Yakin pintu 1000 th 2002/1423 H

    Tahun 2003
    · Juara 1 MTQ putra MTQ/MSQ II tingkat SLTA se-Kab.Tangerang di SMUN 1 Curug (26-29 maret 2003)
    · Juara 2 rambah Cisadane II Ambalan Satya Wirarastra/I SMUN 4 Kota Tangerang (2003)
    · Juara 3 Lomba Spanduk tahun 2003 Ambalan Satya Wirarastra/I SMUN 4 Kota Tangerang (2003)
    · Juara 3 lomba puisi Islam gema pesat wilayah III & IV Kwartir Cab. Gerakan Pramuka Rajeg (3-4 Nov 2003)
    · Juara 1 tingkat putra Rambah Cirarab ke-1 Kwaran Sukadiri (14 Agustus 2003)
    · Juara 1 tingkat putri Rambah Cirarab ke-1 kwaran Sukadiri (14 Agustus 2003)

    Tahun 2004
    · Juara 1 MTQ putra MTQ/MSQ ke-3 tingkat SLTA Negeri/Swasta se-Kab.Tangerang tanggal 15-17 Maret 2004 di sponsori oleh LPK Perintis
    · Harapan I dalam lomba majalah dinding se-Kab.Tangerang (2004)
    · Juara 1 T/Pi Perkwarri Kec. Sukadiri (8-10 Oktober 2004)
    · Juara 2 T/Pa Perkwarri Kec. Sukadiri (8-10 Oktober 2004)

    Tahun 2005
    · Juara 3 lomba puisi tk. MA putri porseni kanwil depag Banten (2005)
    · Juara 2 lomba Qosidah tk.MA putri porseni kanwil depag banten (2005)
    · Juara 2 lomba Nasyid tingkat MA putra porseni kanwil depag Banten (2005)
    · Juara 2 pertandingan Futsal tk. MA putra porseni kanwil depag Banten (2005)
    · Juara 2 pertandingan LKBB tk MA putra porseni kanwil depag Banten (2005)
    · Juara 3 pertandingan SKJ tk. MA putrid porseni kanwil depag Banten (2005)
    · Juara 3 lomba tumpeng dalam rangka HAB Depag Kab.Tangerang ke-59 (3 Januari 2005) · Juara 3 lomba cipta dan baca puisi tingkat SMU Kab. Tangerang “Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop. (2005)
    · Harapan 1 lomba cipta dan puisi Tingkat SMU Kab. Tangerang ‘Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop (2005)
    · Harapan 1 lomba pidato tingkat SMU Kab.Tangerang “Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop (2005)
    · Juara 3 lomba kebersihan sekolah “Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop se – Kab. Tangerang (2005)
    · Juara Umum Porseni Tingkat MA se-Kab.Tangerang Tahun 2005 (Piala bergilir kepala kandepag Kab.Tangerang)
    · Juara Pertama Futsal Porseni Madrasah Aliyah se-Kab. Tangerang (2005)
    · Juara Pertama Qosidah Putri Porseni Madrasah Aliyah se-Kab. Tangerang (2005)
    · Juara Pertama Puisi putri Porseni Madrasah Aliyah se-Kab. Tangerang (2005)
    · Juara 3 Bidang olahraga persamu putri kwartir ranting Mauk 11-13 Maret (2005)
    · Juara 2 Bidang seni putri persamu (2005)
    · Juara 1 Bidang kepramukaan putra persamu kwartir ranting Mauk 11-13 Maret (2005)
    · Juara 1 Bidang kata putra persamu (2005)
    · Juara 2 Bidang olah raga putri persamu (2005)
    · Juara 1 festival Qosidah tk.Umum se-Kecamatan mauk dan Sukadiri (2005)
    · Juara 1 SMA/MA Persamu putra Kwartir ranting Mauk 2005
    · Juara 1 Bola Volly putra HUT PGRI ke-60 cab. Sukadiri 2005

    Tahun 2005
    · Juara 1 Putri tingkat penegak perkwari kecamatan Sukadiri tahun 2006
    · Juara 2 Putra tingkat penegak perkwari kecamatan Sukadiri tahun 2006
    · Juara Umum Asah Terampil Pramuka tingkat penegak perkwari kecamatan Sukadiri tahun 2006
    · Juara Favorit Festifal Dangdut se Tangerang Raya
    · Finalis Festival Band se Tangerang Raya
    · Juara I Pertolongan Pertama tingkat WIRA PMI Cabang Tangerang tahun 2006 · Juara II Pembinaan Ekstrakulikuler Bidang PMR tingkat SMA/MA tahun 2006
    · Juara III Pertolongan Pertama PMI Kota Tangerang EKSIS 7 – DWI Lomba PMR tingkat WIRA SMAN 7 Kota Tangerang tahun 2006

    Tahun 2007
    Tahun 2007 · Juara I Lomba SKJ 2004 tingkat SMA/SMK/MA BAPOPSI Kec. Sukadiri tahun 2007 · Juara III Lomba SKJ 2004 tingkat SMA/SMK/MA Hari Pendidikan Nasional BAPOPSI Kab. Tangerang tahun 2007 Tahun 2008
    · Juara I Putra Volly Ball tingkat SMA Kecamatan Sukadiri tahun 2008
    · Juara I Putra Gerak Jalan tingkat SMA Kecamatan Sukadiri tahun 2008
    · Juara I Lomba Tata Cara Upacara Bendera tingkat SMA Kec. Sukadiri tahun 2008
    · Juara Umum PORCAB II kota Tangerang Cabang Taekwondo tahun 2008
    · Juara Umum II USAKTI CUP Invintasi Kejuaran Taekuwondo antar SMA SE JABOTABEK tahun 2008
    · Juara III Putra Lomba Gerak Jalan tingkat SMA putra tahun 2008
    · Juara III Gerak Jalan Santai tingkat SMA/SMK/MA putri tahun 2008
    · Juara Harapan I Lomba Tata Cara Upacara Bendera tingkat SMA/SMK/MA wilayah II Kecamatan Pakuhaji, Sukadiri, Kosambi, Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur tahun 2008

    Sukadiri, 4 Maret 2009
    Kepala madrasah,

    Drs. M. Ja’far, MM
    NIP. 150 231 240

    ,

    Drs. Syarif Hidayat: "Kuning Banget..."



    Kisah lucu pernah dialami pak Drs. Syarif Hidayatullah. Pria kelahiran Gintung yang berdomisili di Kampung Gunung ini sejak di SD Gintung kerap bermimpi ingin menjadi guru. Guru, menurut dia, makhluk yang paling unik. Uniknya, guru sangat berjasa tapi tak mau dikenal berjasa, padahal ia adalah cikal-bakal majunya suatu bangsa.



    Cita-cita ingin menjadi guru tak pernah lekang ketika ia masuk MTs MA Buaranjati. “Pokoknya saya harus jadi guru!”, gumamnya suatu ketika. Berbekal keinginan yang besar itulah akhirnya, setelah menyelesaikan studinya di Aliyah Sepatan, melanjutkan studi S1-nya di universitas Djuanda Bogor.



    Usai bergelar sarjana, pak Syarif, begitu ia dipanggil, memang benar-benar menjadi guru. Tak tanggung-tanggung, sejak 1995 pak Syarif berhasil mengabdikan ilmunya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mauk, sebuah madrasah favorit di desa Buaranjati kecamatan Sukadiri yang dikenal ketat ini.



    Tentu bukan hal yang mudah untuk bertahan selama 14 tahun kalau tidak didasari dengan niat yang tulus dan mental yang kuat. Apalagi yang ditangani sekarang ini berfokus pada pembinaan kelas X yang semuanya berjumlah 160 orang. Suka dan duka terus datang silih berganti.



    Kendati begitu, tak sedikit pak Syarif mengalami peristiwa lucu di madrasah ini. Ia merasa geli saat mengingat kejadian ketika ia sedang asyik-asyiknya berjaga-jaga, alias piket di kampus 2. Apa yang terjadi?



    “Ketika saya piket, seorang siswa datang tergopoh-gopoh. Rupanya dia minta izin hendak buang hajat di kampus 1 (karena saat itu kran air WC kampus 2 sedang macet). Ya, saya izinkan atuh,” cerita pak Syarif.



    “Dia langsung ngeloyor. Eh, belum juga keluar dari kampus 2, terdengar suara yang tidak mengenakkan dari balik celananya. Ya ampuuuun, rupanya dia kepecirit. Dia terus berlari dan menyisakan banyak warna kuning di celananya.”



    Ketika MAN MAUK Cyber-Media (M2CM) memintanya untuk memberi komentar singkat atau pesan kepada siswa, pak Syarif berpetuah:

    “Untuk anak-anakku sekalian. Sebelum berangkat ke madrasah, sebaiknya persiapkan segala sesuatunya. Termasuk diantaranya buang air besar dulu, agar tidak kebelet di madrasah”. (TM)

    ,

    Saifullah, S.Ag (Wakamad Bidang Kesiswaan): "Hidup Harus Punya Iman dan Prinsif"

    Saya lahir di Tangerang tanggal 7 Agustus tahun 1968. sekarang saya tinggal di RT 03/03, gang Preman desa Jatiwaringin kec. Mauk, kab. Tangerang. Alhamdulillah saya udah laku, baru punya satu orang isteri dan tiga orang anak dari enam yang direncanakan. Yang paling gede berjenis kelamin perempuan, dah kelas 6 SD, sementara yang laki-laki kelas IV di MIT, sakolaan-nya pak Endi. Yang ketiga di TK MA, sakolaannya bu Tati Sabriyah, yang isteri pak SBY (Syarif Budiman –Red.) itu.


    Dulu saya sekolah di MI Nurul Falah di Sarakan, lalu meneruskan ke MTs Matha’ul Anwar Buaranjati yang di belakang MAN. Kemudian saya melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Negeri di Serang, lalu ke IAIN SGD di Bandung (lulus pada tahun 1994).


    Sejak kecil saya kepengen jadi guru atau ustadz, karena saya melihat seorang ustadz itu secara materi serba kekurangan, tapi kelihatannya tenang. Itu dulu saat melihat guru idola saya, yaitu ust. Ansyarullah Abdul Ules, bapak kepala MAN demisioner.


    Saya mengajar di MAN sejak MAN berdiri. Memang dulu sih saya pernah mengajar di SMP, SMA, dan MTs Mathla’ul Anwar, MTs Al-Mansyuriyah di Gerudug, dan MTs Nurul Falah di Sarakan.


    Selain di MAN Mauk, saya juga mengajar di STKIP Dinamika Umat Sepatan. Meskipun saya menjadi dosen, sampai saat ini masih kuliah S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).


    Selain ngajar dan kuliah, saya iseng-iseng ngajar ngaji anak-anak. Saya pikir, lumayanlah meskipun iseng tapi dapat pahala, kadang-kadang dapet duit. He-he-he. Itupun kalo ada yang ngasih.


    Di MAN Mauk ini memang kadang menjumpai kejadian-kejadian lucu, saking banyaknya saya sudah gak ingat. Saya sudah tidak mengingat lagi mana yang lucu, sebab saya sendiri sering ngelucu. Tapi saya gak tau, saya lucu apa gak lucu.


    Pesan saya sih untuk anak-anak MAN Mauk:


    Hidup itu harus punya cita-cita, sebab cita-cita adalah harapan, sedangkan harapan adalah doa. Hidup juga harus berprinsif, dengan prinsif hidup mudah-mudahan kita tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Lebih penting lagi harus punya iman yang kuat.
    Tapi bukan
    TEGAR BERIMAN lho, sebab itu sih plesetan dari “Tetap Segar Bersama Isteri Teman”. Auzubillah, ih.

    MENJARING MATAHARI

    By. : Rahmita El Jannati


    Tepuk riuh membahana mengisi aula seluar 30x40 meter itu, mengiringi langkah sosok kecil itu menuruni tangga panggung dan kembali ke tempat duduknya semula setelah menunjukan kepiawaiannya dengan percaya diri. Dadanya masih naik-turun, hela nafasnya terputus-putus, namun senyum tanpa suara terkembang begitu manis di bibirnya.

    Tepuk tangan mulai mereda diselingi suitan penonton dari belakang. Kepala sekolah, para guru, Paman Gunawan, dan teman-teman menampakkan binar di mata mereka. Tak terkecuali Chyntia dan Helda, dua sosok yang sering mendapat julukan Primadona Sekolah yang selama ini mengobarkan bara semangat di hadapan Aisyah. Bola mata mereka terbelalak, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Aisyah hanya tersenyum, seakan menyambut penuh kekaguman itu. Ia pikir, itu hanya sebuah ekspresi kekaguman mereka belaka.

    Sejurus dengan berlangsungnya rest-time selama 30 menit, selama itu pula ada sesuatu yang berputar dalam benak Aisyah. Berputar seperti film dokumenter, dan sama persisnya dengan nyanyian melo wanita-wanita paruh baya yang mengalun lembut di aula.



    ***

    “Saya lihat, nilai-nilai Bahasa Inggris kamu selalu bagus. Kamu juga aktif ketika berlangsungnya proses Belajar Mengajar dalam pelajaran saya.”

    Mata hitam Pak Yudith begitu lekat menatap gadis yang duduk manis di depannya. Sebuah kerutan terukir di dahi gadis jilbaber tersebut. Ia masih menunggu kelanjutan kata yang akan keluar dari guru favoritnya. “Dan bicaramu juga fasih ketika tanya jawab dengan saya. Kamu …ngambil kursus Bahasa Inggris?”

    “Oh… tidak, Pak,” jawabnya refleks.

    “Lantas?”

    Pertanyaan lelaki berkumis tipis itu membuat Aisyah menceritakan sosok yang kini mulai menua. Dia adalah Paman Gunawan, adik ibu yang hidup dari usaha dan kerja keras sehingga ia menjadi orang yang berhasil dalam karirnya sebagai seorang guru namun tetap berselimutkan kebersahajaan dan kesederhanaan yang menentramkan siapapun yang berada di dekatnya. Aisyah masih ingat, sejak kecil ia sering mendapat buku paket Bahasa Inggris SD bekas dari pamannya, karena kurikulum yang dipakai dalam buku itu telah berubah sehingga ia harus membeli buku baru untuk diajarkan kepada murid-muridnya. Waktu luang Paman digunakan bersama si kecil Aisyah yang sering main dan menginap di rumah yang baru selesai ia bangun. Melihat potensi Aisyah yang cepat tanggap dan kata-katanya yang cas cis cus ketika melafalkan bahasa Inggeris, semangatnya semakin terpompa untuk mengajarkan ilmu yang ia miliki pada putri berumur tujuh tahun tersebut. Aisyah pun semakin rakus melahap bahasa yang menurut sebagian orang disebut sebagai ‘bahasa munafik’, karena kata yang diucapkan tak sesuai dengan bacaannya. Dan semua itu masih berlangsung sampai sekarang. Aisyah masih sering mengunjungi rumah pamannya untuk sekedar bertanya walaupun soal hal-hal kecil yang tak dimengertinya. Aisyah tak peduli, meski badannya basah bermandikan peluh karena harus berjalan di bawah terik matahari yang membakar kulitnya yang halus menuju rumah ‘ayah keduanya’ itu. Ia kadang menelan air ludahnya sendiri untuk mengusir haus. Mendapatkan ilmu yang ia peroleh, wajah hangat dan ramah yang terpancar dari Paman Gunawan beserta istrinya yang tak pernah dikaruniai anak, seakan telah menjadi kucuran air mineral yang lebih dari cukup untuk menjadi penawar bagi dahaga bathin yang selalu menderanya.

    “Aisyah, saya tertarik untuk memilihmu menjadi salah seorang peserta lomba. Kamu tinggal mencari bahan dan membuat naskahnya dari sekarang...”

    “Maaf, Pak. Maksud Bapak lomba apa, ya?” Untuk kali ini wajah Aisyah tampak terkejut.

    “Lho…kamu belum melihat di mading? Kan disitu tertempel... bla-bla-bla.”

    Aisyah tak lagi menggubris ucapan Pak Yudith. Ia menepuk dahinya sendiri. Ah kemana saja aku ini? Sejak kapan pecinta Mading melupakan madingnya? Oh my God!

    Wajar saja ia tak lagi sering mematung di depan Mading seperti biasa, karena sepekan ini sebagai sekertaris OSIS yang baru, ia begitu sibuk mengurus seluruh kegiatan OSIS terutama yang berhubungan dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru yang sebentar lagi akan digelar.

    All right, Sir! I wanna go to see wallmagazine first,” Aisyah beranjak dari duduknya. Pak Yudith mengangguk sembari menahan tawa melihat tingkahnya. “Be a winner!” katanya, sesaat sebelum gadis itu menghilang dari balik daun pintu kantor Dewan Guru.

    “Yap!” tawa tanpa suara tarukir di bibir Aisyah yang ranum. Matanya yang bak mata peri berkilatan di sela semangatnya yang tumpah. Siapapun akan terpana melihat rona pipi itu yang kini dipadu dengan gerakannya yang lincah menuju Mading. Matanya terus berbinar hingga selesai membaca pengumuman yang dimaksud.

    ***

    Perasaan Aisyah tak menentu. Wajahnya sekusut gulungan benang yang pasrah dipermainkan cakar kucing. Ia tarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Aisyah duduk di atas motor yang melesat membelah jalan yang berkelok penuh lubang, tak mampu bicara. Begitu juga Sauki, lelaki yang membonceng dara manis itu, bungkam seribu bahasa. Padahal, biasanya ia selalu menampakkan keagresifan yang lahir secara spontan bila bertemu dengan Aisyah. Mungkin perasaannya yang meluap-luap tengah membuncah di hatinya. Bagaimana tidak, kembang pujaan yang tak mau mengerti perasaan hatinya itu, akhirnya mau juga menerima “jasa antar jemput” yang sering ditolaknya dengan halus. Sekarang ia buktikan perasaan terpendam itu dengan kesetiaan mengantar Aisyah dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain untuk mencari bahan pidato dengan susah payah selama dua hari terakhir.

    Aisyah bimbang. Ia kembali teringat pada kejadian singkat pada waktu istirahat tadi. Ketika ia hendak mengunjungi kantin sekolah, dari arah berlawanan melintas dua orang berambut lebat sepinggang dengan pita merah menyala. Mata mereka menatap nanar bak mata elang yang hendak mencabik kulit mangsanya.

    “Ih, masih kelas satu sudah belagu banget…”

    “Kok bisa-sisanya sih Pak Yudith milih dia buat ikut lomba….”

    Emang dia bisa mengharumkan nama sekolah kita? Mending juga kita-kita kali ya. Ha-ha-ha!”

    Sejuta kata yang menusuk itu belum hilang sampai mereka benar-benar berlalu. Nazma, sang sohib, menoleh ke wajah Aisyah. Ia fikir ada mendung di matanya. Namun air muka yang tenang melukiskan kesabaran dan senyum tipis penuh keikhlasan itu tampak jelas ia baca dibalik wajah innocent itu. Nazma tersenyum malu-malu.

    “Sabar ya, Aisyah. Tuhan memang menciptakan segala sesuatu itu berpasangan. Termasuk kebaikan dan kejahatan.” Hasya yang baru selesai menyipitkan matanya dari lenggok tubuh dua perempuan yang berseragam sempit dan superketat itu, menepuk-nepuk pundak Aisyah. Di mata Hasya, dua primadona itu tak lebih seperti pecundang yang merusak citra mereka sendiri.

    Namun berbeda di mata Aisyah. Dia merasa, mereka adalah sosok yang sudah mempunyai keinginan untuk unggul namun tidak diiringi dengan tekad dan usaha keras. Kemurkaan Hasya belum menguap. Ia mengeluarkan amarahnya lagi, dan... “ssstt” telunjuk Aisyah segera mendarat di bibir Hasya.

    ***

    Jantung Aisyah berdegup kencang. Keringat menyembul dari pori-pori dahinya, padahal peluh yang keluar ketika perjalanan pulang berlatih dari rumah Paman Gunawan, belum juga mongering. Ia baru saja mendapat kabar mengenaskan bahwa ibu terpeleset di kamar mandi ketika mencuci pakaian di rumah Bu Tarmi. Dahi ibu berdarah membentur tembok.

    “Ibu tidak apa-apa, Aisyah. Hanya berdarah sedikit saja, kok…” Ibu mencoba tersenyum, menghangatkan suasana yang menegang.

    “Syukurlah, Bu. Aisyah ambilkan air hangat, ya?”. Ibu mengangguk pelan.

    Setelah bapak berpulang setahun yang lalu, musibah demi musibah datang menghampiri. Ibu kini memikul sendiri berbagai masalah keluarga termasuk beban ekonomi yang terus menumpuk. Naluri keibuannya bangkit untuk menjadikan mereka tetap berdiri dalam deraan perih yang tiada pernah selesai. Ibu, dengan ketelatenannya tak pernah berhenti menyemangati anak-anaknya untuk tidak menyerah pada nasib, berlatih mandiri dan tidak bergantung pada siapapun kecuali pada Yang Maha Perkasa.

    “Aisyah, jika hidumu ingin berubah kamu sendirilah yang harus merubahnya, nak, meskipun hidup kita penuh kesulitan. Karena kesulitan itu akan memperbaiki jiwa sebesar kehidupan yang dirusaknya, dan kesenangan akan merusak jiwa sebesar kehidupan yang diperbaikinya. Jadilah orang yang berpegang teguh pada prinsip karena ia akan menjadi manusia yang tak tergoyahkan oleh kesulitan itu.” Untaian kata mutiara ibu merayap masuk hingga ke setiap denyut nadi, menggema dalam relung hatinya. Ibu, kau pantas mendapat gelar Srikandi bagi kehidupan kami. Tunggulah sampai saatnya tiba.

    Plass….

    “Hebat, Aisyah! Sempurna!” Tangan Feri, salah satu wakil dari SMU Pattimura mendarat di pundak Aisyah. Ia berhasil memporakporandakan isi CD yang tengah berputar dibenaknya.. Gadis itu menoleh kearahnya. Mulut Feri kembali terbuka, namun suaranya tak jua keluar karena MC berwajah indo’ di atas panggung sana mempersilakan Feri sebagai peserta berikutnya untuk memperlihatkan kemampuannya yang ia tekuni selama ini sebagai orator ulung di sekolahnya.

    Good luck, Feri!” ucap Aisyah sambil mengacungkan kepalan tangan kearahnya, memberi semangat. Kata-kata yang keluar dari mulut Feri begitu fasih, jernih dan teratur layaknya seorang warga Inggris yang tengah berpidato. Pengucapan huruf ‘R’ yang terkadang menjadi bahan ledekan teman-temannya, begitu membantu dalam Speech Contest kali ini.

    Kini giliran Aisyah berdiri di podium. Mata Aisyah terpejam. Ia menunduk. Pikirannya melayang menyergap sosok ibu dan kedua diknya di rumah. Di pelupuk matanya terbayang hadiah yang akan diterima dari perlombaan pidato antar SMU se-Daerah Khusus Ibu Kota itu. “Ya Allah…,” desisnya “... biarkan aku memberi sepercik kebahagiaan di hati ibu.” Kata demi kata ia ucapkan. Apa yang terjadi?

    Seakan terhipnotis, tak satupun penonton memalingkan muka, tak seorangpun audiens yang tak terbelalak untuk menjelajahi keindahan dan kelancaran pidato yang ia bawakan. Ternyata kemampuan Aisyah tidak jauh berbeda dari pemuda itu.

    Waktu terus berjalan, sampai semua perwakilan dari SMU mereka masing-masing memperlihatkan kebolehannya di panggung yang seperti sebuah singgasana di hati setiap yang menginjaknya. Pengumuman pemenang diumumkan seminggu setelahnya, tepat ketika rapot akhir semester dibagikan. Pada momen itu, seseorang akan menjadikan ayah ibu mereka serasa meledak jantungnya karena di sana detik-detik kepala sekolah akan mengumumkan siswa-siswa yang berhasil meraih prestasi terbaik di kelas masing-masing, dan siswa yang mempu mendobrak tembok yang menghadang untuk menjadi seorang juara umum. Dan yang terakhir karena apakah kedua peserta perwakilan SMU Setia Budhi akan berhasil membobol kejuaraan Speech Contest tahun ini, atau tidak sama sekali. Aisyah, gadis jilbaber itu serta Kharisma dari kelas sebelas yang sama-sama ikut dalam ajang spektakuler tersebut hanya bisa berdoa.... dan menunggu.

    ***

    Malam terus merangkak perlahan. Hanya detak jarum jam yang terdengar terus berputar, menyentuh angka-angkanya. Untaian kata-kata sastra yang sesak dengan makna itu memenuhi lembar-lembar kosong. Dengan gemulainya pulpen pink itu menari dan terus menari. Pemiliknya berharap lembar-lembar itu akan berubah menjadi lembar-lembar bergambar Soekarno. Dan dengan itu ia dapat segera memudahkan ibu untuk melunasi hutang-hutangnya.

    “Ah, selesai juga akhirnya”. Aisyah menarik nafas panjang, dan secara perlahan ia hembuskan lagi. Ia amati lagi karya tulisnya, mencari kesalahan yang ia harap dapat menemukannya untuk segera ia betulkan. Namun nihil. Tulisannya sempurna, mengalir tanpa cacat. Ia lirik wajah Farah yang pulas dalam pangkuannya. Memandangnya dalam beberapa detik dan mengecup lembut adik bungsunya itu. Mata beningnya kembali menerawang. Di benaknya, bukan kasur yang harusnya ia tempati kini, namun tentang masa depan. Mampukah ia memasuki ruang kuliah dengan bangku berderet rapih seperti kebanyakan cerita kakak teman-temannya itu? Terbayang begitu anggunnya ia mengenakan baju serba putih dengan membawa stetoskop ketika ia mengobati pasien-pasienya. Ia tak ingin hanya berfantasi, rasa kantuk itu tak berani mengalahkan matanya.

    Ia raih buku paket yang telah ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Membukanya secara perlahan. Ia kerutkan dahi. Buku Biologi itu menemaninya di sepertiga malam ini sampai pada waktu nuraninya digedor-gedor oleh emosi jiwa untuk tunaikan shalat malam. Emosi cinta, taat dan kepasrahan kepada Allah, berbaur disana.

    ***

    Tepuk riuh itu membahana lagi, ciptakan horizon yang membiru. Memang bukan di aula seperti kemarin, tapi di lapangan sekolah yang ditutupi oleh tenda agar hadirin yang datang tidak merasakan sengatan matahari. Rapot berwarna hijau itu dipegang lekat-lekat di tangannya. Berpuluh-puluh pasang mata menatap. Semua menyaksikan ia berdiri di atas panggung. Kakinya bergetar, dadanya berdebar. Apalagi setelah ia mendengar namanya sendiri dipanggil sebagai juara pertama Speech Contest se-Jakarta itu. Pak Ansyurullah, Kepala Sekolah SMU Setia Budhi berdiri kehadapannya sambil membawa Piagam di kedua tangannya. Beliau menyerahkan lembar eksklusif itu pada Aisyah. Dengan perasaan yang tak mampu dilukiskan, jemarinya menyambut piagam itu. Bu Dharma beranjak menuju panggung, menyerahkan tanda bukti bahwa ia berhak menerima hadiah sebesar lima juta rupiah. Hati Aisyah semakin berisik mengucap asma-Nya. Ia ingin terus mengingat Allah untuk meneguhkan hatinya menerima uang sebesar itu. Ia seakan tak percaya, namun nyatanya kini bukti itu ada di tangannya.

    Gigi Aisyah bergemeletuk menahan kristal-kristal hangat yang turun dari ujung matanya. Hadirin dari pojok ke pojok dengan antusias memandanginya. Ia dapat menangkap semua sorot bangga dari bola mata mereka. Perlahan jabat tangan terjalin antara dia dan teman-temannya yang sama-sama peraih juara kelas. Nazma, sang juara umum ikut memeluknya dengan erat. Angka 1 yang berdiri gagah di kolom peringkat dalam raportnya, sebuah piagam bertanda tangan Gubernur, dan hadiah uang telah menjadikan dirinya paling bahagia di dunia ini.

    Namun ada satu yang kurang: ibu. Sorot mata ibu yang ia impikan hadir di tempat ini. Aisyah mendesah. Ibu dengan berat hati tak bisa menghadiri peristiwa bersejarah ini. Tadi pagi Farah harus diperiksa intensif karena serangan demam berdarah.

    “Tak apa ….” gumamnya, “aku akan mendapat sorot mata bangga itu di rumah.”

    ***

    “Aisyah,” panggil seseorang dari belakang. Aisyah tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi bak deretan biji jagung ketika mata mereka beradu.

    “Selamat, ya…” Dua gadis itu menyentuh jemari lentik Aisyah bergantian, kemudian menjadi sebuah genggaman yang erat.

    “Terima kasih Kak Helda, Kak Chyntia….” Senyum Aisyah tak berhenti berkembang. Jilbab putihnya berkelebat.

    “Teruskan prestasimu, Aisyah. Kau benar-benar hebat! So cool….” Chyntia mencubit pipi Aisyah, gemas. Bukan karena gregetan seperti waktu lalu, melainkan karena salut yang tak tertahankan pada adik kelasnya tersebut.

    “Syah, kok mereka tiba-tiba bisa berubah menjadi seperti malaikat, sih?” tanya Nazma setelah mereka berlalu. Aisyah hanya tersenyum dikulum. Menyiratkan sejuta misteri yang tak mampu Nazma pecahkan.

    “Aku yakin, suatu saat api itu akan mengalah pada sejuknya air….” Jawaban singkat itu dapat membuat semuanya menjadi terang. Nazma dapat membaca bahwa Aisyah telah berhasil meluluhkan hati mereka. Ia tak kuasa untuk tidak memeluk Aisyah. Kaulah primadona yang sesungguhnya….

    “Aisyah, aku akan mendukungmu untuk maju pada perlombaan Speech Contest tingkat nasional bulan depan!” sambar Hasya. Nada suaranya bersemangat seperti Bung Tomo, tokoh legendaris yang mampu membakar semangat rakyat. “Bukankah begitu Pak?”

    “Ya, benar. Persiapkan dirimu untuk berlomba ditingkat nasional, Aisyah!” Sahut Pak Yudith.

    Oh,Tuhan! Nikmat dan karunia-Mu tak mampu tertampung walau disimpan pada luasnya bumi. Ya, aku harus terus berjuang. Aku harus terus berusaha unuk menjaring matahari yang kelak akan ku genggam!

    Mauk, 2 Juli 2008


Top