, ,

    Nama saya Mulhar Netty Anngraeni, sekarang duduk di kelas XII jurusan IPA. Saya dilahirkan di kota Mauk, tepatnya di Ir. Sutami No.19 Kp. Kebon, Mauk Timur – Tangerang.

    Sudah 3 tahun ini saya sekolah di MAN Mauk. Cukup banyak sudah pengalaman yang saya rasakan, begitu juga dengan ilmu dan prestasi yang saya dapatkan. Mulai dari prestasi akademik maupun non-akademik.
    Prestasi akademik yang pernah saya raih adalah:


    Pada kelas X Semester 1 & 2, Alhamdulillah saya meraih Juara ke-3.


    Pada kelas XI IPA Semester 1, prestasi akademik saya mulai menurun, yaitu hanya sebagai peraih Juara ke-5, tapi alhamdulillah di Semester 2 kembali saya meraih Juara 3.


    Dan pada semester pertama di kelas XII IPA ini, alhamdulillah saya masih dapat mempertahankan gelar juara di big three, alias tiga besar. Semoga di Semester akhir nanti saya masih tetap dapat mempertahankan prestasi akademik saya. Mohon doa ya, teman-teman. amin


    Sedangkan prestasi non-akademik yang pernah saya ukir di MAN Mauk, umumnya adalah prestasi-prestasi dari dunia organisasi, khususnya PMR. Memang sejak SMP saya sudah mulai menekuni organisasi ini, dan di MAN Mauk ini saya semakin mampu mengembangkan pengetahuan dan prestasi saya di dunia kepalangmerahan itu. Dan justeru dari aktivitas organisasi itulah saya mendulang prestasi. Terbukti, saat saya duduk di kelas X, saya mengikuti Dwi Lomba PMR se-Kabupaten Tangerang di Curug, dan meraih Juara I dalam bidang Pertolongan Pertama (PP).


    Kemudian saya juga pernah mengikuti Lomba Eksis 7 se-Provinsi Banten di SMAN 7 Tangerang Selatan. Alhamdulillah saya juga meraih Juara I kembali di bidang Pertolongan Pertama dan Juara II dalam pementasan Drama. Di event inipun PMR MAN Mauk dinobatkan sebagai Juara Umum Provinsi dan membawa pulang Piala Bergilir dari Gubernur.

    Saya dan tim pun kembali meraih Juara I dibidang Lomba yang sama, yakni PP ditingkat Jabodetabek yang saat itu pelaksanaannya di kampus UIN Ciputat.


    Karena merasa cukup mampu di bidangnya, PMR MAN Mauk berkesempatan menyelenggarakan event akbar, yakni TRI LOMBA PMR se-Kabupaten, yang pelaksanaannya pada tanggal 20 Desember 2009 lalu, dan di event ini PMR MAN Mauk dinobatkan sebagai pemilik wewenang sebagai Pelaksana Lomba khusus PP yang tidak diberikan kepada sekolah lain oleh PMI kab. Tangerang! Sungguh kebanggaan bagi saya karena dipercaya sebagai Ketua Pelaksana dari acara yang baru pertama kali diselenggarakan oelh PMR MAN Mauk ini.


    Lalu, di kelas XI, Alhamdulillah saya dipercaya untuk memimpin organisasi kemanusiaan ini (PMR). Hasil musyawarah menyatakan bahwa saya terpilih menjadi ketua PMR MAN Mauk masa bakti 2009/2010. Menjadi kebanggaan bagi saya bisa ikut bergabung serta memimpin organisasi yang cukup tersohor prestasinya di sekolah ini. Saat itu saya dan teman-teman kembali berkesempatan mengikuti Lomba PMR se-Provinsi di kampus UNTIRTA Serang. Disana kami kembali mengharumkan nama PMR MAN Mauk dengan menyabet JUARA I di bidang Perawatan Keluarga (PK).


    Dan kegiatan terakhir dikelas XII yang saya ikuti adalah JUMBARA (jumpa bakti gembira) PMI ke-4 se-Kab. Tangerang yang diselenggarakan di Buper Kitri Bakti, Curug. Saya dan teman-teman mengikuti kegiatan ini selama 4 hari. Kami kembali mengharumkan nama sekolah dengan meraih Peserta Terbaik Se-Kabupaten. Dan saya, alhamdulillah dinobatkan sebagai Relawan Aktif di PMI.


    Itulah beberapa prestasi yang pernah saya raih di MAN Mauk. Begitu banyak ilmu dan pengalaman yang mungkin tidak bisa saya dapatkan selain disekolah ini. Begitu banyak suka duka yang saya rasakan bersama teman dan guru-guru di MAN Mauk. Semuanya adalah bagian dari perjalanan hidup saya selama 3 tahun duduk di bangku Aliyah.

    Satu hal yang selalu saya ingat adalah, organisasi ternyata membawa kehidupan saya lebih dinamis, kreatif, dan menumbuhkan minat dan bakat menuju prestasi di sekolah. Alhamdulillah saya bisa meraih prestasi non-akademik di PMR, juga bisa tetap mempertahankan prestasi akademik di kelas. Itu membuktikan bahwa jika seseorang memiliki keingintahuan yang tinggi dan mau belajar dengan sungguh-sungguh serta mampu bersikap konsekuen dalam tindakannya, insya Allah, semua prestasi bisa diukir.


    Rewriter: Tewfik Mooner

    Sebuah kisah nyata di musim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al-Mannar Al-Jadid mengisahkannya:

    M
    usim panas merupakan ujian yang cukup berat terutama bagi Muslimah untuk tetap mempertahankan pakaian yang dikenakan atau etika yang menjadi perhiasan. Gerah atau panas sekalipun tidak menjadikannya menggadaikan akhlak. Musim panas di negeri Arab memang sangat menyiksa. Perjalanan jauh tanpa pengatur udara cukup membuat banyak orang tergoda untuk lari dari syariat Islam.
    Musim panas akan terasa kebalikan dari musim dingin. Pada musim dingin sekujur tubuh terasa dilapisi salju. Jalan keluarnya bisa dilakukan dengan menutup tubuh hingga leher rapat-rapat, insya Allah kehangatan badan bisa dijaga. Bagi kaum hawa, jilbab bisa multi-fungsi.

    Di sebuah perjalanan yang cukup panjang antara Kairo-Alexandria; di sebuah mikrobus... seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan menutup aurat, karena kondisinya yang tampak "menantang kesopanan"; berbaju ketat dan amat minim dengan celana pendek yang  "irit" juga. Tubuh montoknya dan nyaris semua garis lekuk tubuhnya tergambarkan dengan nyata. Dia berdiri diantara deretan para penumpang lain yang bergelayut karena tidak mendapatkan jatah tempat duduk. Puluhan pasang mata melotot tiada berkedip.

    Tentu saja cara berbusana seperti itu "mengundang" perhatian. Seorang kakek setengah baya berbaju putih dan berjenggot tebal yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan, bahwa pakaian seperti itu tentu saja melanggar aturan agama, norma dan adat ketimuran disamping mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri.

    Apa respon si perempuan itu? Rupanya dia tersinggung dan murka. Ia ekspresikan kemarahannya karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian baginya ialah hak  prerogatif individu manusia-manusia merdeka. Ini era Hak Asasi Manusia, bung.

    "Jika memang bapak merasa terganggu, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya tempat di neraka Tuhan Anda!!" bentak si perempuan itu.

    Sebuah respon yang sangat frontal. Puluhan pasang mata tertuju. Sang kakek hanya beristighfar... ia terus menggumamkan kalimat-kalimat tauhid.

    Beberapa penumpang turun. Lalu, dia duduk menggantikan, tepat di ujung kursi dekat bab al-khuruj, pintu keluar.


    Detik-detik berikutnya suasana hening mencekam. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali wanita muda itu. Hingga sampailah perjalanan di penghujung tujuan: di sebuah terminal akhir mikrobus Alexandria.

    Kini semua penumpang siaga turun, namun terhalangi oleh wanita muda tersebut yang masih terlihat tertidur, maklum ia berada persis dekat pintu keluar. "Bangunkan saja!" teriak salah seorang penumpang.

    Tahukah apa yang terjadi? Wanita muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Dia menemui ajalnya. Seisi mikrobus histeris. Mereka beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan kakek tua yang duduk di sampingnya.

    Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan!

    Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya.
    Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat.
    Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk.
    Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah.

    Dan, entahlah. Sudahkah wanita muda itu mendapatkan neraka yang ia booking?


Top