HIDUP SERAKAH DAN BAHAYANYA


Secara bahasa serakah berarti selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki. Sedangkan menurut istilah serakah adalah suatu perbuatan seseorang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dimiliki, sehingga terdorong menghalalkan segala cara untuk menambah apa yang dimilikinya. 

Orang serakah tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Dia selalu merasa kurang. Meskipun dia mempunyai uang, kedudukan, dan banyak kelebihan yang dimiliki, dia tetap merasa kurang. Akhirnya, dengan keserakahannya dia selalu berusaha mendapatkan apa yang dimiliki orang lain.


Bagaimanapun caranya dia berusaha menempuhnya. Manusia memiliki sifat serakah dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dimilikinya.Serakah akan berakhir bila manusia sudah masuk dalam liang kubur.

Adapun ciri-ciri orang serakah, antara lain tidak mau berbagi atau pelit, selalu menginginkan bagian paling banyak, rakus terhadap dunia, tidak peduli terhadap kepentingan dan penderitaan orang lain.

Sifat serakah muncul karena terlalu cinta dunia dan memiliki angan-angan
yang panjang hingga terlalu memikirkan nasib anak keturunannya. Keinginan
satu telah tercapai namun masih menginginkan terus yang lebih besar dari
yang didapatkan. Keinginannya terhadap duniawi tidak pernah berhenti. Ia
menganggap bahwa kekayaannya akan mengekalkan hidupnya. Padahal hidup
di dunia itu terbatas. Semua yang difikirkan ditujukan untuk kesenangan di
dunia. Tidak sadar bahwa dunia akan berakir dan berganti alam akhirat. Di
alam akhirat kelak, tidak ada gunanya lagi harta kekayaan yang ditumpuk
selama di dunia, bahkan akan menambah kesengsaraan karena beratnya
hisab/ perhitungan amal dan kekayaan oleh Allah. Setiap kekayaan yang
dianugrahkan oleh Allah kepadanya, akan diminta pertanggungjawaban dan
ditanyakan; dari mana kekayaannya dulu di dapatkan dan untuk apa harta itu
dibelanjakan. Jika ia bisa menjawab dengan baik dan benar, maka selamatlah
ia, dan jika tidak bisa mempertangungjawabkan maka kekayaannya akan
melemparkan ia ke dalam neraka.

Jika pemahaman seperti ini masuk dalam keyakinan diri seseorang, maka orang tersebut tidak akan serakah. Ia akan hati-hati dalam bekerja untuk mendapatkan harta, dan tidak sembarangan dalam membelajakannya. Takut kalu kekayaannya justru menjadi fitnah kelak di akhirat. Allah SWT. telah mengingatkan bahayanya mengumpulkan harta kekayaan dalam surat Humazah sebagai berikut;

1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke
dalam Huthamah.
5. Dan tahukah kamu apa Huṭamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. Yang (membakar) sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.

Yang dimaksud dengan mengumpulkan harta adalah mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah. Ayat ini menunjukkan larangan mengumpulkan kekayaan. Hal ini karena didorong oleh pemahaman yang salah bahwa harta kekayaan itulah yang mengekalkannya. Padahal tidaklah demikian.

b. Dalil tentang serakah
Dalam Al-Qur’an, terdapat penjelasan masalah serakah, antara lain pada surah Al-Baqarah ayat 96 yaitu :

dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS.Al-Baqarah: 96)

c. Cara menghindari Serakah
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari sifat serakah, diantaranya;

- Memantapkan keyakinan bahwa hidup di dunia ini tidak kekal, tapi terbatas dan singkat, dan hidup yang sesungguhnya adalah hidup di akhirat yang kekal.
- Memantapkan keyakinan bahwa semua harta kekayaan akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat.
- Membiasakan diri mensyukuri setiap karunia dari Allah SWT., dengan cara mengunakannya untuk hal yang diridloi Allah SWT.
- Menanamkan dalam hati sifat qonāāh, menerima pemberian Allah.
- Tidak membanding-bandingkan nikmat yang dimiliki orang lain dengan diri sendiri
- Mengingat azab Allah SWT, bagi orang yang memiliki sifat serakah 
- Tidak melupakan kehidupan akhirat yang lebih kekal atau abadi. 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top