TERLARIS
Category
MENU
Mengenai Saya

- MAN 3 TANGERANG
- Sukadiri, Tangerang, Indonesia
- MADRASAH yang unggul dapat dipahami sebagai Madrasah yang memiliki input dan output pendidikan yang tinggi dengan daya dukung sarana dan prasarana yang lengkap serta tenaga kependidikan yang Profesional. Usaha ini penting dilakukan agar asumsi tentang madrasah sebagai “sekolah kelas II” dapat segera hilang, serta minat masyarakat untuk memasuki dunia madrasah makin tinggi. MAN 3 TANGERANG bukanlah sekolah yang dikelola asal jalan, output yang asal jadi, serta dibimbing dengan sejumlah guru yang asal ada. MAN 3 TANGERANG merupakan sekolah unggul, karena: 1. Ketersediaan tenaga kependidikan yang profesional. 2. Kelengkapan sarana dan prasarana. 3. ditangani dengan sistem menajemen profesional yang modern, transparan, dan demokratis 4. Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan dunia modern 5. Pengembangan jaringan madrasah 6. Pemilihan program yang sesuai dengan daya dukung ketenagaan dan sarana prasarana yang tersedia. Karena dan untuk tujuan itulah madrasah ini terlahir di pesisir Pantai Utara Tangerang sejak belasan tahun lalu.
Jumlah Pengunjung Saat ini
Artikel
MAN MAUK Dinobatkan sebagai Madrasah Paling Berprestasi se-Propinsi Banten tahun 2005
I. Prestasi dalam bidang Akademik
· Rata – Rata NEM Terbaik ke-10 Program IPA untuk Madrasah Aliyah se Propinsi Jawa Barat dan Banten
Tahun pelajaran 2000/2001
· Rata – Rata NEM Terbaik ke-8 program IPA untuk Madrasah Aliyah se-Propinsi Jawa Barat dan Banten · NEM tertinggi Madrasah Aliyah program IPA tingkat Jawa Barat dan Banten (47.89) · Peringkat ke-16 Siswa kelas III “ Lomba IPTEK Tertulis 2001” antar SLTA/MA/SMK se- Indonesia.
Tahun pelajaran 2001/2002
· Rata – Rata NEM IPA naik sebesar 3.79 poin dan Rata-rata NEM IPS naik sekitar 2.84 dari Tahun Pelajaran 2000/2001 (Propinsi Banten tidak merengking) · Lulusan diterima di Universitas Indonesia jurusan Fisika · Peringkat ke-33 Siswa kelas III “ Lomba IPTEK Tertulis 2002” antar SLTA/MA/SMK se- Indonesia.
Tahun pelajaran 2002/2003
· Juara II Lomba Cerdas Cermat Matematika Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta · Rata – Rata NEM Terbaik program IPA untuk Madrasah Aliyah se-Propinsi Banten Tahun pelajaran 2003/2004
· Juara III Olimpiade IPS antar SMU/MA Negeri se-Kabupaten Tangerang, yang diselenggarakan oleh Diknas Pendidikan Kab. Tangerang · Juara III Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta
Tahun pelajaran 2004/2005
· Juara III Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta Tahun pelajaran 2005/2006
· Juara III Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh IAIN Jakarta
· Peringkat 16 Olimpiade Matematika antar SLTA se-Propinsi Banten yang diselenggarakan oleh UNTIRTA (Jumlah peserta 82).
Tahun pelajaran 2006/2007
· Juara II Olimpiade Matematika antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Juara II Olimpiade Kimia antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Juara II Olimpiade Bahasa Arab antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Juara III Olimpiade Biologi antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Juara I Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh UIN Jakarta
Tahun pelajaran 2007/2008
· Juara II Olimpiade Biologi antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Juara III Olimpiade Matematika antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Juara III Olimpiade Bahasa Inggris antar Madrasah Aliyah se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Kanwil Depag Prop. Banten
· Semi final Lomba Cerdas Cermat Matematika antar SLTA se propinsi Banten yang diselenggarakan oleh Untirta Banten
· Juara I Lomba Cerdas Cermat Matematika antar MA Se- Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan oleh UIN Jakarta
II Prestasi Non-Akademik
Tahun 1996
· Juara 2 gerak jalan putra tk.SMU/umum HUT RI ke-51 tk. Perwakilan sukadiri-tangerang 1996
· juara 1 cerdas cermat tingkat SMU HUT RI ke 51 tk. Perwakilan kec.sukadiri Kab.DT II tangerang 1996
· Juara 2 gerak jalan putri tingkat SMU/UMUM HUT RI ke-51 tahun 1996 tingkat perwakilan kec.sukadiri Kab. DT II Tangerang
Tahun 1997
· Juara 2 Bola Volly Putra MA Kabupaten tangerang dalam rangka HAB Depag ke-52 tahun 1997
· Juara 1 lari 4500 M putri Kab. Tangerang dalam rangka HAB Depag ke-52 tahun 1997
· Juara 2 cerdas cermat MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab. Tangerang (1997)
· Juara 1 catur putra MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
· Juara 2 gerak jalan putra MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
· Juara 1 kaligrafi MA dalam rangka HAB Depag Ke-52 Kab.Tangerang (1997)
· Juara 3 Gerak jalan putri dalam rangka HAB Depag Ke-52 Kab.Tangerang (1997)
· Juara 2 Karya tulis bahasa Indonesia MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
· Juara 3 lari 4500 M putra MA dalam rangka HAB Depag ke-52 Kab. Tangerang (1997) · Sangga prestasi cukup putri SMU/MA hiking reli lepas pantai IV kwaran mauk (28 Desember 1997)
· Juara 2 bola volley putra MA dalam rangka HAB Depag ke 52 Kab.Tangerang (1997)
· Juara 1 gerak jalan putra dalam rangka HAB Depag Kab.Tangerang (1997)
· Juara 2 Baca puisi putri dalam rangka HaB Depag Kab.Tangerang (1997)
· Juara 1 Gerak jalan putri tingkat MA HAB Depag ke-52 Kab.Tangerang (1997)
Tahun 1998
· Juara 1 gerak jalan tk.SLTA/umum putri HUT RI ke 53 (1998)
· Juara 2 gerak jalan tingkat SLTA /umum putra HUT RI ke-53 kemantren sukadiri 1998
· juara 1 kaligrafi putri perkemahan SIR XI Kwarcab Kab. Tangerang 1998/1419 H
· juara 3 gerak jalan tk.SLTA/Umum putra HUT RI ke-53 kemantren sukadiri 1998
· Juara 3 lomba menulis naskah pidato putrid perkemahan SIR XI kwarcab-Tangerang 1998/1419 H
Tahun 2000
· Juara 3 MSQ, MTQ/MSQ tk.SLTA se-Kab.Tangerang (27-28 Maret 2000)
· Juara II dalam Lomba Musabaqoh sahril Quran Pesanrama se- Kabupaten Tangerang (2000)
· Juara harapan 3 putri hiking rambah desa 2 pramuka penegak dan pandega kwarcab Kab. Tangerang di Tigaraksa (12 Maret 2000)
Tahun 2001
· Juara 1 hiking jelajah desa HJD kwartir ranting gerakan pramuka kec.sukadiri 2001
· Juara 1 putri HJD kwartir ranting gerakan pramuka kec.sukadiri 2001
· Juara`umum HJD kwartir ranting gerakan pramuka kec.Sukadiri tahun 2001 (Piala Bergilir Camat)
· Juara 2 lomba gerak jalan putri tingkat SLTA/Umum HUT RI ke-58 Kec.Sukadiri (2001)
Tahun 2002
· Lomba Musabaqah Syahril Qur’an Pesantren Ramadhan kwarcab Kabupaten Tangerang
· Juara III MSQ dalam lomba MTQ/MSQ SMUN, SMKN & MA se-Kab.Tangerang (2002)
· Rangking Ke-7 dalam seleksi siswa teladan se-Kab. Tangerang (2002)
· Juara 1 catur beregu putra se KKM MAN Mauk 2002/2003
· Kaligrafi putri Porseni se-KKM MAN Mauk 2002/2003
· Juara 2 Syahril Qu’ran Porseni se-KKM MAN Mauk th.2002/2003
· Juara MTQ putra porseni se-KKM MAN Mauk th.2002/2003
· Juara 1 gerak jalan putri tingkat SLTA HUT RI ke-52 Kec.Sukadiri 2002
· Juara III MTQ Putri Porseni Se-KKM MAN Mauk 2002/2003 · juara 3 catur beregu putra Porseni se-KKM MAN Mauk (2002)
· Juara 3 tenis meja putra porseni se-KKM MAN Mauk (2002)
· Penghargaan tim Qosidah dalam rangka khaul tuan Syeh Abdul Kodir Zaelani Mesjid Agung Nurul Yakin pintu 1000 th 2002/1423 H
Tahun 2003
· Juara 1 MTQ putra MTQ/MSQ II tingkat SLTA se-Kab.Tangerang di SMUN 1 Curug (26-29 maret 2003)
· Juara 2 rambah Cisadane II Ambalan Satya Wirarastra/I SMUN 4 Kota Tangerang (2003)
· Juara 3 Lomba Spanduk tahun 2003 Ambalan Satya Wirarastra/I SMUN 4 Kota Tangerang (2003)
· Juara 3 lomba puisi Islam gema pesat wilayah III & IV Kwartir Cab. Gerakan Pramuka Rajeg (3-4 Nov 2003)
· Juara 1 tingkat putra Rambah Cirarab ke-1 Kwaran Sukadiri (14 Agustus 2003)
· Juara 1 tingkat putri Rambah Cirarab ke-1 kwaran Sukadiri (14 Agustus 2003)
Tahun 2004
· Juara 1 MTQ putra MTQ/MSQ ke-3 tingkat SLTA Negeri/Swasta se-Kab.Tangerang tanggal 15-17 Maret 2004 di sponsori oleh LPK Perintis
· Harapan I dalam lomba majalah dinding se-Kab.Tangerang (2004)
· Juara 1 T/Pi Perkwarri Kec. Sukadiri (8-10 Oktober 2004)
· Juara 2 T/Pa Perkwarri Kec. Sukadiri (8-10 Oktober 2004)
Tahun 2005
· Juara 3 lomba puisi tk. MA putri porseni kanwil depag Banten (2005)
· Juara 2 lomba Qosidah tk.MA putri porseni kanwil depag banten (2005)
· Juara 2 lomba Nasyid tingkat MA putra porseni kanwil depag Banten (2005)
· Juara 2 pertandingan Futsal tk. MA putra porseni kanwil depag Banten (2005)
· Juara 2 pertandingan LKBB tk MA putra porseni kanwil depag Banten (2005)
· Juara 3 pertandingan SKJ tk. MA putrid porseni kanwil depag Banten (2005)
· Juara 3 lomba tumpeng dalam rangka HAB Depag Kab.Tangerang ke-59 (3 Januari 2005) · Juara 3 lomba cipta dan baca puisi tingkat SMU Kab. Tangerang “Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop. (2005)
· Harapan 1 lomba cipta dan puisi Tingkat SMU Kab. Tangerang ‘Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop (2005)
· Harapan 1 lomba pidato tingkat SMU Kab.Tangerang “Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop (2005)
· Juara 3 lomba kebersihan sekolah “Paket Pijar Tangerang” Neo Entrostop se – Kab. Tangerang (2005)
· Juara Umum Porseni Tingkat MA se-Kab.Tangerang Tahun 2005 (Piala bergilir kepala kandepag Kab.Tangerang)
· Juara Pertama Futsal Porseni Madrasah Aliyah se-Kab. Tangerang (2005)
· Juara Pertama Qosidah Putri Porseni Madrasah Aliyah se-Kab. Tangerang (2005)
· Juara Pertama Puisi putri Porseni Madrasah Aliyah se-Kab. Tangerang (2005)
· Juara 3 Bidang olahraga persamu putri kwartir ranting Mauk 11-13 Maret (2005)
· Juara 2 Bidang seni putri persamu (2005)
· Juara 1 Bidang kepramukaan putra persamu kwartir ranting Mauk 11-13 Maret (2005)
· Juara 1 Bidang kata putra persamu (2005)
· Juara 2 Bidang olah raga putri persamu (2005)
· Juara 1 festival Qosidah tk.Umum se-Kecamatan mauk dan Sukadiri (2005)
· Juara 1 SMA/MA Persamu putra Kwartir ranting Mauk 2005
· Juara 1 Bola Volly putra HUT PGRI ke-60 cab. Sukadiri 2005
Tahun 2005
· Juara 1 Putri tingkat penegak perkwari kecamatan Sukadiri tahun 2006
· Juara 2 Putra tingkat penegak perkwari kecamatan Sukadiri tahun 2006
· Juara Umum Asah Terampil Pramuka tingkat penegak perkwari kecamatan Sukadiri tahun 2006
· Juara Favorit Festifal Dangdut se Tangerang Raya
· Finalis Festival Band se Tangerang Raya
· Juara I Pertolongan Pertama tingkat WIRA PMI Cabang Tangerang tahun 2006 · Juara II Pembinaan Ekstrakulikuler Bidang PMR tingkat SMA/MA tahun 2006
· Juara III Pertolongan Pertama PMI Kota Tangerang EKSIS 7 – DWI Lomba PMR tingkat WIRA SMAN 7 Kota Tangerang tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2007 · Juara I Lomba SKJ 2004 tingkat SMA/SMK/MA BAPOPSI Kec. Sukadiri tahun 2007 · Juara III Lomba SKJ 2004 tingkat SMA/SMK/MA Hari Pendidikan Nasional BAPOPSI Kab. Tangerang tahun 2007 Tahun 2008
· Juara I Putra Volly Ball tingkat SMA Kecamatan Sukadiri tahun 2008
· Juara I Putra Gerak Jalan tingkat SMA Kecamatan Sukadiri tahun 2008
· Juara I Lomba Tata Cara Upacara Bendera tingkat SMA Kec. Sukadiri tahun 2008
· Juara Umum PORCAB II kota Tangerang Cabang Taekwondo tahun 2008
· Juara Umum II USAKTI CUP Invintasi Kejuaran Taekuwondo antar SMA SE JABOTABEK tahun 2008
· Juara III Putra Lomba Gerak Jalan tingkat SMA putra tahun 2008
· Juara III Gerak Jalan Santai tingkat SMA/SMK/MA putri tahun 2008
· Juara Harapan I Lomba Tata Cara Upacara Bendera tingkat SMA/SMK/MA wilayah II Kecamatan Pakuhaji, Sukadiri, Kosambi, Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur tahun 2008
Sukadiri, 4 Maret 2009
Kepala madrasah,
Drs. M. Ja’far, MM
NIP. 150 231 240
Profile Guru, Tokoh
Drs. Syarif Hidayat: "Kuning Banget..."
Kisah lucu pernah dialami pak Drs. Syarif Hidayatullah. Pria kelahiran Gintung yang berdomisili di Kampung Gunung ini sejak di SD Gintung kerap bermimpi ingin menjadi guru. Guru, menurut dia, makhluk yang paling unik. Uniknya, guru sangat berjasa tapi tak mau dikenal berjasa, padahal ia adalah cikal-bakal majunya suatu bangsa.
Cita-cita ingin menjadi guru tak pernah lekang ketika ia masuk MTs MA Buaranjati. “Pokoknya saya harus jadi guru!”, gumamnya suatu ketika. Berbekal keinginan yang besar itulah akhirnya, setelah menyelesaikan studinya di Aliyah Sepatan, melanjutkan studi S1-nya di universitas Djuanda Bogor.
Usai bergelar sarjana, pak Syarif, begitu ia dipanggil, memang benar-benar menjadi guru. Tak tanggung-tanggung, sejak 1995 pak Syarif berhasil mengabdikan ilmunya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mauk, sebuah madrasah favorit di desa Buaranjati kecamatan Sukadiri yang dikenal ketat ini.
Tentu bukan hal yang mudah untuk bertahan selama 14 tahun kalau tidak didasari dengan niat yang tulus dan mental yang kuat. Apalagi yang ditangani sekarang ini berfokus pada pembinaan kelas X yang semuanya berjumlah 160 orang. Suka dan duka terus datang silih berganti.
Kendati begitu, tak sedikit pak Syarif mengalami peristiwa lucu di madrasah ini. Ia merasa geli saat mengingat kejadian ketika ia sedang asyik-asyiknya berjaga-jaga, alias piket di kampus 2. Apa yang terjadi?
“Ketika saya piket, seorang siswa datang tergopoh-gopoh. Rupanya dia minta izin hendak buang hajat di kampus 1 (karena saat itu kran air WC kampus 2 sedang macet). Ya, saya izinkan atuh,” cerita pak Syarif.
“Dia langsung ngeloyor. Eh, belum juga keluar dari kampus 2, terdengar suara yang tidak mengenakkan dari balik celananya. Ya ampuuuun, rupanya dia kepecirit. Dia terus berlari dan menyisakan banyak warna kuning di celananya.”
Ketika MAN MAUK Cyber-Media (M2CM) memintanya untuk memberi komentar singkat atau pesan kepada siswa, pak Syarif berpetuah:
“Untuk anak-anakku sekalian. Sebelum berangkat ke madrasah, sebaiknya persiapkan segala sesuatunya. Termasuk diantaranya buang air besar dulu, agar tidak kebelet di madrasah”. (TM)
Profile Guru, Tokoh
Saifullah, S.Ag (Wakamad Bidang Kesiswaan): "Hidup Harus Punya Iman dan Prinsif"
Saya lahir di Tangerang tanggal 7 Agustus tahun 1968. sekarang saya tinggal di RT 03/03, gang Preman desa Jatiwaringin kec. Mauk, kab. Tangerang. Alhamdulillah saya udah laku, baru punya satu orang isteri dan tiga orang anak dari enam yang direncanakan. Yang paling gede berjenis kelamin perempuan, dah kelas 6 SD, sementara yang laki-laki kelas IV di MIT, sakolaan-nya pak Endi. Yang ketiga di TK MA, sakolaannya bu Tati Sabriyah, yang isteri pak SBY (Syarif Budiman –Red.) itu.
Dulu saya sekolah di MI Nurul Falah di Sarakan, lalu meneruskan ke MTs Matha’ul Anwar Buaranjati yang di belakang MAN. Kemudian saya melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Negeri di Serang, lalu ke IAIN SGD di Bandung (lulus pada tahun 1994).
Sejak kecil saya kepengen jadi guru atau ustadz, karena saya melihat seorang ustadz itu secara materi serba kekurangan, tapi kelihatannya tenang. Itu dulu saat melihat guru idola saya, yaitu ust. Ansyarullah Abdul Ules, bapak kepala MAN demisioner.
Saya mengajar di MAN sejak MAN berdiri. Memang dulu sih saya pernah mengajar di SMP, SMA, dan MTs Mathla’ul Anwar, MTs Al-Mansyuriyah di Gerudug, dan MTs Nurul Falah di Sarakan.
Selain di MAN Mauk, saya juga mengajar di STKIP Dinamika Umat Sepatan. Meskipun saya menjadi dosen, sampai saat ini masih kuliah S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Selain ngajar dan kuliah, saya iseng-iseng ngajar ngaji anak-anak. Saya pikir, lumayanlah meskipun iseng tapi dapat pahala, kadang-kadang dapet duit. He-he-he. Itupun kalo ada yang ngasih.
Di MAN Mauk ini memang kadang menjumpai kejadian-kejadian lucu, saking banyaknya saya sudah gak ingat. Saya sudah tidak mengingat lagi mana yang lucu, sebab saya sendiri sering ngelucu. Tapi saya gak tau, saya lucu apa gak lucu.
Pesan saya sih untuk anak-anak MAN Mauk:
Hidup itu harus punya cita-cita, sebab cita-cita adalah harapan, sedangkan harapan adalah doa. Hidup juga harus berprinsif, dengan prinsif hidup mudah-mudahan kita tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Lebih penting lagi harus punya iman yang kuat.
Tapi bukan TEGAR BERIMAN lho, sebab itu sih plesetan dari “Tetap Segar Bersama Isteri Teman”. Auzubillah, ih.
Cerpen
By. : Rahmita El Jannati
Tepuk riuh membahana mengisi aula seluar 30x40 meter itu, mengiringi langkah sosok kecil itu menuruni tangga panggung dan kembali ke tempat duduknya semula setelah menunjukan kepiawaiannya dengan percaya diri. Dadanya masih naik-turun, hela nafasnya terputus-putus, namun senyum tanpa suara terkembang begitu manis di bibirnya.
Tepuk tangan mulai mereda diselingi suitan penonton dari belakang. Kepala sekolah, para guru, Paman Gunawan, dan teman-teman menampakkan binar di mata mereka. Tak terkecuali Chyntia dan Helda, dua sosok yang sering mendapat julukan Primadona Sekolah yang selama ini mengobarkan bara semangat di hadapan Aisyah. Bola mata mereka terbelalak, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Aisyah hanya tersenyum, seakan menyambut penuh kekaguman itu. Ia pikir, itu hanya sebuah ekspresi kekaguman mereka belaka.
Sejurus dengan berlangsungnya rest-time selama 30 menit, selama itu pula ada sesuatu yang berputar dalam benak Aisyah. Berputar seperti film dokumenter, dan sama persisnya dengan nyanyian melo wanita-wanita paruh baya yang mengalun lembut di aula.
***
“Saya lihat, nilai-nilai Bahasa Inggris kamu selalu bagus. Kamu juga aktif ketika berlangsungnya proses Belajar Mengajar dalam pelajaran saya.”
Mata hitam Pak Yudith begitu lekat menatap gadis yang duduk manis di depannya. Sebuah kerutan terukir di dahi gadis jilbaber tersebut. Ia masih menunggu kelanjutan kata yang akan keluar dari guru favoritnya. “Dan bicaramu juga fasih ketika tanya jawab dengan saya. Kamu …ngambil kursus Bahasa Inggris?”
“Oh… tidak, Pak,” jawabnya refleks.
“Lantas?”
Pertanyaan lelaki berkumis tipis itu membuat Aisyah menceritakan sosok yang kini mulai menua. Dia adalah Paman Gunawan, adik ibu yang hidup dari usaha dan kerja keras sehingga ia menjadi orang yang berhasil dalam karirnya sebagai seorang guru namun tetap berselimutkan kebersahajaan dan kesederhanaan yang menentramkan siapapun yang berada di dekatnya. Aisyah masih ingat, sejak kecil ia sering mendapat buku paket Bahasa Inggris SD bekas dari pamannya, karena kurikulum yang dipakai dalam buku itu telah berubah sehingga ia harus membeli buku baru untuk diajarkan kepada murid-muridnya. Waktu luang Paman digunakan bersama si kecil Aisyah yang sering main dan menginap di rumah yang baru selesai ia bangun. Melihat potensi Aisyah yang cepat tanggap dan kata-katanya yang cas cis cus ketika melafalkan bahasa Inggeris, semangatnya semakin terpompa untuk mengajarkan ilmu yang ia miliki pada putri berumur tujuh tahun tersebut. Aisyah pun semakin rakus melahap bahasa yang menurut sebagian orang disebut sebagai ‘bahasa munafik’, karena kata yang diucapkan tak sesuai dengan bacaannya. Dan semua itu masih berlangsung sampai sekarang. Aisyah masih sering mengunjungi rumah pamannya untuk sekedar bertanya walaupun soal hal-hal kecil yang tak dimengertinya. Aisyah tak peduli, meski badannya basah bermandikan peluh karena harus berjalan di bawah terik matahari yang membakar kulitnya yang halus menuju rumah ‘ayah keduanya’ itu. Ia kadang menelan air ludahnya sendiri untuk mengusir haus. Mendapatkan ilmu yang ia peroleh, wajah hangat dan ramah yang terpancar dari Paman Gunawan beserta istrinya yang tak pernah dikaruniai anak, seakan telah menjadi kucuran air mineral yang lebih dari cukup untuk menjadi penawar bagi dahaga bathin yang selalu menderanya.
“Aisyah, saya tertarik untuk memilihmu menjadi salah seorang peserta lomba. Kamu tinggal mencari bahan dan membuat naskahnya dari sekarang...”
“Maaf, Pak. Maksud Bapak lomba apa, ya?” Untuk kali ini wajah Aisyah tampak terkejut.
“Lho…kamu belum melihat di mading? Kan disitu tertempel... bla-bla-bla.”
Aisyah tak lagi menggubris ucapan Pak Yudith. Ia menepuk dahinya sendiri. Ah kemana saja aku ini? Sejak kapan pecinta Mading melupakan madingnya? Oh my God!
Wajar saja ia tak lagi sering mematung di depan Mading seperti biasa, karena sepekan ini sebagai sekertaris OSIS yang baru, ia begitu sibuk mengurus seluruh kegiatan OSIS terutama yang berhubungan dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru yang sebentar lagi akan digelar.
“All right, Sir! I wanna go to see wallmagazine first,” Aisyah beranjak dari duduknya. Pak Yudith mengangguk sembari menahan tawa melihat tingkahnya. “Be a winner!” katanya, sesaat sebelum gadis itu menghilang dari balik daun pintu kantor Dewan Guru.
“Yap!” tawa tanpa suara tarukir di bibir Aisyah yang ranum. Matanya yang bak mata peri berkilatan di sela semangatnya yang tumpah. Siapapun akan terpana melihat rona pipi itu yang kini dipadu dengan gerakannya yang lincah menuju Mading. Matanya terus berbinar hingga selesai membaca pengumuman yang dimaksud.
***
Perasaan Aisyah tak menentu. Wajahnya sekusut gulungan benang yang pasrah dipermainkan cakar kucing. Ia tarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Aisyah duduk di atas motor yang melesat membelah jalan yang berkelok penuh lubang, tak mampu bicara. Begitu juga Sauki, lelaki yang membonceng dara manis itu, bungkam seribu bahasa. Padahal, biasanya ia selalu menampakkan keagresifan yang lahir secara spontan bila bertemu dengan Aisyah. Mungkin perasaannya yang meluap-luap tengah membuncah di hatinya. Bagaimana tidak, kembang pujaan yang tak mau mengerti perasaan hatinya itu, akhirnya mau juga menerima “jasa antar jemput” yang sering ditolaknya dengan halus. Sekarang ia buktikan perasaan terpendam itu dengan kesetiaan mengantar Aisyah dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain untuk mencari bahan pidato dengan susah payah selama dua hari terakhir.
Aisyah bimbang. Ia kembali teringat pada kejadian singkat pada waktu istirahat tadi. Ketika ia hendak mengunjungi kantin sekolah, dari arah berlawanan melintas dua orang berambut lebat sepinggang dengan pita merah menyala. Mata mereka menatap nanar bak mata elang yang hendak mencabik kulit mangsanya.
“Ih, masih kelas satu sudah belagu banget…”
“Kok bisa-sisanya sih Pak Yudith milih dia buat ikut lomba….”
“Emang dia bisa mengharumkan nama sekolah kita? Mending juga kita-kita kali ya. Ha-ha-ha!”
Sejuta kata yang menusuk itu belum hilang sampai mereka benar-benar berlalu. Nazma, sang sohib, menoleh ke wajah Aisyah. Ia fikir ada mendung di matanya. Namun air muka yang tenang melukiskan kesabaran dan senyum tipis penuh keikhlasan itu tampak jelas ia baca dibalik wajah innocent itu. Nazma tersenyum malu-malu.
“Sabar ya, Aisyah. Tuhan memang menciptakan segala sesuatu itu berpasangan. Termasuk kebaikan dan kejahatan.” Hasya yang baru selesai menyipitkan matanya dari lenggok tubuh dua perempuan yang berseragam sempit dan superketat itu, menepuk-nepuk pundak Aisyah. Di mata Hasya, dua primadona itu tak lebih seperti pecundang yang merusak citra mereka sendiri.
Namun berbeda di mata Aisyah. Dia merasa, mereka adalah sosok yang sudah mempunyai keinginan untuk unggul namun tidak diiringi dengan tekad dan usaha keras. Kemurkaan Hasya belum menguap. Ia mengeluarkan amarahnya lagi, dan... “ssstt” telunjuk Aisyah segera mendarat di bibir Hasya.
***
Jantung Aisyah berdegup kencang. Keringat menyembul dari pori-pori dahinya, padahal peluh yang keluar ketika perjalanan pulang berlatih dari rumah Paman Gunawan, belum juga mongering. Ia baru saja mendapat kabar mengenaskan bahwa ibu terpeleset di kamar mandi ketika mencuci pakaian di rumah Bu Tarmi. Dahi ibu berdarah membentur tembok.
“Ibu tidak apa-apa, Aisyah. Hanya berdarah sedikit saja, kok…” Ibu mencoba tersenyum, menghangatkan suasana yang menegang.
“Syukurlah, Bu. Aisyah ambilkan air hangat, ya?”. Ibu mengangguk pelan.
Setelah bapak berpulang setahun yang lalu, musibah demi musibah datang menghampiri. Ibu kini memikul sendiri berbagai masalah keluarga termasuk beban ekonomi yang terus menumpuk. Naluri keibuannya bangkit untuk menjadikan mereka tetap berdiri dalam deraan perih yang tiada pernah selesai. Ibu, dengan ketelatenannya tak pernah berhenti menyemangati anak-anaknya untuk tidak menyerah pada nasib, berlatih mandiri dan tidak bergantung pada siapapun kecuali pada Yang Maha Perkasa.
“Aisyah, jika hidumu ingin berubah kamu sendirilah yang harus merubahnya, nak, meskipun hidup kita penuh kesulitan. Karena kesulitan itu akan memperbaiki jiwa sebesar kehidupan yang dirusaknya, dan kesenangan akan merusak jiwa sebesar kehidupan yang diperbaikinya. Jadilah orang yang berpegang teguh pada prinsip karena ia akan menjadi manusia yang tak tergoyahkan oleh kesulitan itu.” Untaian kata mutiara ibu merayap masuk hingga ke setiap denyut nadi, menggema dalam relung hatinya. Ibu, kau pantas mendapat gelar Srikandi bagi kehidupan kami. Tunggulah sampai saatnya tiba.
Plass….
“Hebat, Aisyah! Sempurna!” Tangan Feri, salah satu wakil dari SMU Pattimura mendarat di pundak Aisyah. Ia berhasil memporakporandakan isi CD yang tengah berputar dibenaknya.. Gadis itu menoleh kearahnya. Mulut Feri kembali terbuka, namun suaranya tak jua keluar karena MC berwajah ‘indo’ di atas panggung sana mempersilakan Feri sebagai peserta berikutnya untuk memperlihatkan kemampuannya yang ia tekuni selama ini sebagai orator ulung di sekolahnya.
“Good luck, Feri!” ucap Aisyah sambil mengacungkan kepalan tangan kearahnya, memberi semangat. Kata-kata yang keluar dari mulut Feri begitu fasih, jernih dan teratur layaknya seorang warga Inggris yang tengah berpidato. Pengucapan huruf ‘R’ yang terkadang menjadi bahan ledekan teman-temannya, begitu membantu dalam Speech Contest kali ini.
Kini giliran Aisyah berdiri di podium. Mata Aisyah terpejam. Ia menunduk. Pikirannya melayang menyergap sosok ibu dan kedua diknya di rumah. Di pelupuk matanya terbayang hadiah yang akan diterima dari perlombaan pidato antar SMU se-Daerah Khusus Ibu Kota itu. “Ya Allah…,” desisnya “... biarkan aku memberi sepercik kebahagiaan di hati ibu.” Kata demi kata ia ucapkan. Apa yang terjadi?
Seakan terhipnotis, tak satupun penonton memalingkan muka, tak seorangpun audiens yang tak terbelalak untuk menjelajahi keindahan dan kelancaran pidato yang ia bawakan. Ternyata kemampuan Aisyah tidak jauh berbeda dari pemuda itu.
Waktu terus berjalan, sampai semua perwakilan dari SMU mereka masing-masing memperlihatkan kebolehannya di panggung yang seperti sebuah singgasana di hati setiap yang menginjaknya. Pengumuman pemenang diumumkan seminggu setelahnya, tepat ketika rapot akhir semester dibagikan. Pada momen itu, seseorang akan menjadikan ayah ibu mereka serasa meledak jantungnya karena di sana detik-detik kepala sekolah akan mengumumkan siswa-siswa yang berhasil meraih prestasi terbaik di kelas masing-masing, dan siswa yang mempu mendobrak tembok yang menghadang untuk menjadi seorang juara umum. Dan yang terakhir karena apakah kedua peserta perwakilan SMU Setia Budhi akan berhasil membobol kejuaraan Speech Contest tahun ini, atau tidak sama sekali. Aisyah, gadis jilbaber itu serta Kharisma dari kelas sebelas yang sama-sama ikut dalam ajang spektakuler tersebut hanya bisa berdoa.... dan menunggu.
***
Malam terus merangkak perlahan. Hanya detak jarum jam yang terdengar terus berputar, menyentuh angka-angkanya. Untaian kata-kata sastra yang sesak dengan makna itu memenuhi lembar-lembar kosong. Dengan gemulainya pulpen pink itu menari dan terus menari. Pemiliknya berharap lembar-lembar itu akan berubah menjadi lembar-lembar bergambar Soekarno. Dan dengan itu ia dapat segera memudahkan ibu untuk melunasi hutang-hutangnya.
“Ah, selesai juga akhirnya”. Aisyah menarik nafas panjang, dan secara perlahan ia hembuskan lagi. Ia amati lagi karya tulisnya, mencari kesalahan yang ia harap dapat menemukannya untuk segera ia betulkan. Namun nihil. Tulisannya sempurna, mengalir tanpa cacat. Ia lirik wajah Farah yang pulas dalam pangkuannya. Memandangnya dalam beberapa detik dan mengecup lembut adik bungsunya itu. Mata beningnya kembali menerawang. Di benaknya, bukan kasur yang harusnya ia tempati kini, namun tentang masa depan. Mampukah ia memasuki ruang kuliah dengan bangku berderet rapih seperti kebanyakan cerita kakak teman-temannya itu? Terbayang begitu anggunnya ia mengenakan baju serba putih dengan membawa stetoskop ketika ia mengobati pasien-pasienya. Ia tak ingin hanya berfantasi, rasa kantuk itu tak berani mengalahkan matanya.
Ia raih buku paket yang telah ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Membukanya secara perlahan. Ia kerutkan dahi. Buku Biologi itu menemaninya di sepertiga malam ini sampai pada waktu nuraninya digedor-gedor oleh emosi jiwa untuk tunaikan shalat malam. Emosi cinta, taat dan kepasrahan kepada Allah, berbaur disana.
***
Tepuk riuh itu membahana lagi, ciptakan horizon yang membiru. Memang bukan di aula seperti kemarin, tapi di lapangan sekolah yang ditutupi oleh tenda agar hadirin yang datang tidak merasakan sengatan matahari. Rapot berwarna hijau itu dipegang lekat-lekat di tangannya. Berpuluh-puluh pasang mata menatap. Semua menyaksikan ia berdiri di atas panggung. Kakinya bergetar, dadanya berdebar. Apalagi setelah ia mendengar namanya sendiri dipanggil sebagai juara pertama Speech Contest se-Jakarta itu. Pak Ansyurullah, Kepala Sekolah SMU Setia Budhi berdiri kehadapannya sambil membawa Piagam di kedua tangannya. Beliau menyerahkan lembar eksklusif itu pada Aisyah. Dengan perasaan yang tak mampu dilukiskan, jemarinya menyambut piagam itu. Bu Dharma beranjak menuju panggung, menyerahkan tanda bukti bahwa ia berhak menerima hadiah sebesar lima juta rupiah. Hati Aisyah semakin berisik mengucap asma-Nya. Ia ingin terus mengingat Allah untuk meneguhkan hatinya menerima uang sebesar itu. Ia seakan tak percaya, namun nyatanya kini bukti itu ada di tangannya.
Gigi Aisyah bergemeletuk menahan kristal-kristal hangat yang turun dari ujung matanya. Hadirin dari pojok ke pojok dengan antusias memandanginya. Ia dapat menangkap semua sorot bangga dari bola mata mereka. Perlahan jabat tangan terjalin antara dia dan teman-temannya yang sama-sama peraih juara kelas. Nazma, sang juara umum ikut memeluknya dengan erat. Angka 1 yang berdiri gagah di kolom peringkat dalam raportnya, sebuah piagam bertanda tangan Gubernur, dan hadiah uang telah menjadikan dirinya paling bahagia di dunia ini.
Namun ada satu yang kurang: ibu. Sorot mata ibu yang ia impikan hadir di tempat ini. Aisyah mendesah. Ibu dengan berat hati tak bisa menghadiri peristiwa bersejarah ini. Tadi pagi Farah harus diperiksa intensif karena serangan demam berdarah.
“Tak apa ….” gumamnya, “aku akan mendapat sorot mata bangga itu di rumah.”
***
“Aisyah,” panggil seseorang dari belakang. Aisyah tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi bak deretan biji jagung ketika mata mereka beradu.
“Selamat, ya…” Dua gadis itu menyentuh jemari lentik Aisyah bergantian, kemudian menjadi sebuah genggaman yang erat.
“Terima kasih Kak Helda, Kak Chyntia….” Senyum Aisyah tak berhenti berkembang. Jilbab putihnya berkelebat.
“Teruskan prestasimu, Aisyah. Kau benar-benar hebat! So cool….” Chyntia mencubit pipi Aisyah, gemas. Bukan karena gregetan seperti waktu lalu, melainkan karena salut yang tak tertahankan pada adik kelasnya tersebut.
“Syah, kok mereka tiba-tiba bisa berubah menjadi seperti malaikat, sih?” tanya Nazma setelah mereka berlalu. Aisyah hanya tersenyum dikulum. Menyiratkan sejuta misteri yang tak mampu Nazma pecahkan.
“Aku yakin, suatu saat api itu akan mengalah pada sejuknya air….” Jawaban singkat itu dapat membuat semuanya menjadi terang. Nazma dapat membaca bahwa Aisyah telah berhasil meluluhkan hati mereka. Ia tak kuasa untuk tidak memeluk Aisyah. Kaulah primadona yang sesungguhnya….
“Aisyah, aku akan mendukungmu untuk maju pada perlombaan Speech Contest tingkat nasional bulan depan!” sambar Hasya. Nada suaranya bersemangat seperti Bung Tomo, tokoh legendaris yang mampu membakar semangat rakyat. “Bukankah begitu Pak?”
“Ya, benar. Persiapkan dirimu untuk berlomba ditingkat nasional, Aisyah!” Sahut Pak Yudith.
Oh,Tuhan! Nikmat dan karunia-Mu tak mampu tertampung walau disimpan pada luasnya bumi. Ya, aku harus terus berjuang. Aku harus terus berusaha unuk menjaring matahari yang kelak akan ku genggam!
Mauk, 2 Juli 2008
Artikel
Ngaku deh, yang namanya studi kelompok udah jarang kamu lakuin. Tul kan?? Padahal kalo’ dibiasakan, manfaatnya bisa seabrek lho.
Sore ini, Ririn ada ‘planning’ belajar bareng Amel en Dian. Jadi semangat nih, soalnya pasti banyak hal yang didapat. “Aku paling seneng belajar bareng ama mereka. Selain jadi semangat soalnya ada temen, kita tuh bisa saling mengisi. Mereka sering ngajarin waktu aku gak tau, sebaliknya tak jarang aku berbagi kalo’ lebih tahu dari mereka. Seru kan?” celoteh cewek manis 2 SMA ini.
Nah, itu salah satu keuntungan dari belajar kelompok. Meski begitu, nggak mungkir deh, sekarang belajar kelompok kayaknya udah jarang banget dilakuin. Kenapa?
Farida Widyastuti MPSi berpendapat kalo remaja sekarang lebih milih waktu studinya bareng Lembaga Bimbingan Belajar alias LBB.
“Kalo untuk gaul mungkin masih sering jalan bareng, ya. Tapi, untuk belajar bersama, saya pikir jarang, kecuali memang terpaksa, seperti bila ada tugas sekolah,” jelasnya. Lebih jauh psikolog ini bertutur, memang sih cara anak untuk memahami pelajaran berbeda-beda. Ada yang malah‘sreg’ belajar sendiri. Tapi, nggak ada salahnya kamu lihat apa aja efektivitas studi kelompok itu.
PEMAHAMAN MATERI
Seperti yang udah dijelasin, tiap anak punya cara belajar yang berbeda. Buat kamu, pasti ada yang cepet bosen en malah gak ‘ngeh’ kalo belajar sendiri.
Nah, dengan studi bareng temen-temen kamu bisa deh mendaulat mereka buat nerangin hal yang belum kamu ngerti.“Karena kadang ada anak yang lebih cepat paham dengan cara mendengarkan dari orang lain,” tutur Farida. Selain itu, masalah bosen en ngantuk bisa agak diatasi deh. Masih tanya, kenapa??
SALING MENGISI
Poin kedua, kamu bisa saling mengisi kekurangan dan kelebihan pemahaman terhadap materi. Buat yang nggak tahu, bisa deh konsultasi gratis ama temen. Trus, buat yang lebih tahu, bisa tuh ngajari en sekalian ngelancarin komunikasi kamu. Jadinya saling menguntungkan. Ya kan??!
AWAS NGERUMPI!
Ternyata ada beberapa poin lho, yang bikin belajar bareng tuh jadi kurang efektif. Farida kembali menjelaskan, salah satunya yaitu akan terjadi gap antara anak yang kurang tahu en mereka yag menguasai materi. Apalagi kalo kelompok itu dibentuk karena tugas sekolah atau semacamnya. Pasti ada deh yang namanya tidak ‘sehati’ antartemen.
“Kalau sudah begitu ujung-ujungnya pasti tidak sehat. Ada yang ribut ngerjain. Trus, yang ngerasa gak diperhatiin, bakal ngerjakan hal di luar tugas, misalnya ngemil,” jelas wanita yang akrab dipanggil Ida ini.
Eh, tapi biar ‘sehati’ pun nggak menjamin belajar kelompok jadi efektif lho. Di antara kamu, pasti juga pernah ngalami, waktu belajar keasyikan ngobrol, malah jadi kelupaan ama belajarnya. Ati-ati deh. Yang penting niat sungguh-sungguh en komitmen buat maju bareng lewat studi kelompok. Ok?! (fie)