Kelas X

Kelas XI

TABZIR DAN MUBAZIR SAUDARA SYETAN

07 Nov 2016

Kelas XII

Prestasi Siswa

Long Live "Humanity Holic"!!!

Catatan Aktifisassalamu alaikum....Hai semua, pa kbr?Berhubung t...

  • 22 Aug 2010
  • 0

Al-Quran Perisaiku

Al-Quran Perisaiku

Cerpen: Rahmita El Jannati


Derap langkahnya lincah dan teratur. Selincah pergerakan impuls yang berlalu lalang di setiap sel otaknya. Matanya menatap lurus ke depan, menyibak molekul kekaguman dari sekitar yang bermuara padanya. Suara berbisik terlantun dari mulut-mulut makhluk dengan rok abu-abu selutut. Di ujung koridor kelas, seorang teman wanitanya sengaja menyingkap rok beberapa senti di atas lutut. Berharap mata elang itu menukik pada keindahan kakinya. Sayang, gadis tadi tak lebih layaknya debu yang terbang dan menghilang. Lelaki itu tak tertarik sama sekali.

Dua sohib bernama Ferdi dan Evan telah menunggunya diambang gerbang. Mereka ber-tos ala mereka sebelum Evan memulai celotehnya.

"Wuih, hebat lu bro! lu berhasil ngalahin kak Hamdi? Ck-ck-ck. Padahal dia kan senior yang udah nyebar kemana-mana kemampuan debatnya. Seantero sekolah juga hafal nama dia!"

"Tapi pastinya nama gue lebih booming dong…" sosok itu mendaratkan jari di dadanya sendiri. Evan dan Ferdi tertawa mengiyakan.

"Yupz! Mau debat sains, politik, ekonomi, atau apa ajalah, argumen-argumen lu ngebuat lawan bungkam dan kalah tekak! Kayak kak Hamdi tadi!"

"Survei membuktikan, dari setiap ajang debat yang diadakan sekolah ini, cuman lu yang selalu top rank. Gelar The Master emang pantes buat lu!"

Bibir sosok itu tak lagi horizontal. Melainkan membentuk bulan sabit yang tertidur. Ia sedikit terkekeh mendengar pujian itu.

"Tak heran kalau Bu Ratna, gokur fisika kita, seneng sekali sama lu."

Ucapan singkat Ferdi membuat kening lawan bicaranya berkerut.

"Maksud gue, beliau sebegitu kagumnya sampai-sampai tak jarang mengobral nama si Desia di depan lu."

"Kayak mau ngejodoh-jodohin gitu ama anaknya…" Evan membumbui hingga mereka mereka tergelak hebat.

Tak ada yang boleh menyaingiku, batinnya bersuara. Biji-biji keangkuhan telah berkecambah di dada Junior, nama lelaki berwajah perfect itu.

***

Seluruh kelas XI mendadak riuh dengan jerit para penghuninya.

Pasalnya, Junior Sang Idola terpilih jadi utusan sekolah untuk mengikuti lomba debat se-kabupaten Bandung. Bangganya ia. Terbetik dalam hatinya untuk merebut piala serta piagam penghargaan dari lawan-lawannya.

Siang itu, matahari bersinar lebih terik. Lidah planet terpanas itu menjulur-julur dari balik dedaunan pohon tempat Junior memarkir motor. Sebuah suara memanggil tepat ia meletakkan helm di kepalanya. Rupanya Nirvan. Anak kelas IPA 1.

"Selamat! Kau tersaring untuk ikut lomba spektakuler itu." Disalaminya jemari Junior dengan mantap. Yang disalami tersenyum sumringah.

"Kuberi tahu satu hal. Ini adalah rahasia umum di luar sana. Tapi mungkin saja kau belum tahu." Mendengar kata debat, jiwanya bergelora seketika." Rahasia apa?"

"Ada seseorang yang tak kalah hebatnya darimu. Ia bisa membabat habis lawan-lawannya dengan sekali gebrakan. Mungkin saja ia jadi lawanmu nanti."

"Kau pikir aku takut?"

"Pembicaraanku tak menuju kesana,Bung! Aku hanya menyarankan agar kau hati-hati. Dia makhluk yang cukup cantik."

Junior mengeleng-gelengkan kepalanya. "Ada-ada saja kau ini."

***

Jantung junior laksana puncbag yang dihantam seorang petinju. Kini giliran ia kembali mengemukakan argumen yang sebelumnya hampir selalu ditangkis lawan yang duduk di depannya itu. Sebab Wanita Tertindas adalah topic yang juri tentukan untuk lomba kali ini.

"Wanita selalu tertindas, terbelakang, dan diabaikan khususnya pada masa silam, itu karena akibat hukum turun temurun yang harus mereka tanggung atas kesalahan yang di lakukan nenek moyangnya, yaitu Hawa." Junior berhenti sejenak dan meneruskan kata-katanya.

"Hawa di takdirkan sebagai penggoda. Ia tak bersyukur atas nikmat syurga yang ia terima dengan mendesak Adam untuk memetik buah terlarang. Kalau bukan Hawa, tak akan ada lelaki yang suka hal-hal terlarang. Tak akan ada wanita yang mengkhianati suaminya. Sifat-sifat buruk mutlak seperti lemah, senang berfoya-foya, penggoda, semuanya itu menjadi faktor wanita ditindas dan diabaikan. Sifat-sifat tersebut dapat menjadi penghambat dalam dunia politik, ekonomi, serta bisnis bila wanita bergelut di dalamnya. Sebabnya, wanita dapat menimbulkan kekacauan dan merusak semua tatanan dengan sifat-sifat buruknya.. Bicara tentang sifat, berarti kita memasuki lingkup hukum pewarisan sifat. Dari mana sifat-sifat itu berasal? Tentunya itu diwariskan wanita-wanita sebelumnya. Dan ujung-ujungnya merujuk pada wanita pertama yang diciptakan. Dia adalah Hawa!" Suara junior sedikit menggelegar, mengiring pikiran para audience pada sejarah awal penciptaan dua insan di syurga. Junior yakin, bahwa pengetahuannya tentang topik ini bisa menggulingkan perempuan yang pernah Faisal ceritakan. Ia bernama Khansa. Mulut perempuan berhidung mancung itu siap meluncurkan ketidaksetujuannya terhadap pendapat Junior.

"Pendapat anda mengenai tertindasnya wanita karena kesalahan Hawa adalah kesalahan besar." Para penonton terhipnotis dengan kalimat pertama Khansa. Mereka diam bak patung-patung Mesir kuno.

"Tidak adil bila Hawa harus menanggung seluruh kesalahan itu. Adam dan Hawa sama-sama tergoda oleh provokator ulung di belakang mereka, yaitu Iblis. Iblis tahu Hawa itu lemah, sehingga ia lebih menekankan rayuannya pada Hawa. Jika ingin menyalahkan Hawa karena ia lemah, seharusnya Adam bisa dan dituntut untuk tahan godaan. Saya tak mau menyalahkan salah seorang dari mereka karena keduanya sama-sama bertanggung jawab terhadap pengusiran dari syurga." Khansa tetap dalam sikap tenangnya.

"Hukum pewarisan sifat tidak bisa jadi alasan kuat. Rasulullah di masa silam telah meluruskan perilaku dan adat-adat wanita Jahiliah. Akhlakul karimah akhirnya terbentuk, dan pemahaman untuk menjahui sifat buruk yang anda sebutkan sudah menjadi sesuatu yang dipegang teguh dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga tidak setuju bahwa wanita jadi pengacau dalam sektor-sektor sosial. Banyak kok, laki-laki yang melejit dalam karir maupun ibadah karena perempuan. Kalaupun banyak yang lalai, itu bukan semata-mata kesalahan wanita. Namun karena mental keislamannya yang belum sempurna. Pepatah mengatakan, wanita adalah tiang agama. Mengapa? Karena kejayaan suatu peradaban dimulai dengan beresnya rumah tangga yang di tangani oleh kaum hawa.. Intinya, tertindasnya wanita tak ada sangkut paut dengan Hawa. Melainkan banyak dari kaum penindas yang terkontaminasi oleh unsur misoginis yang disusupkan Yahudi yang menyebutkan hawa pendosa. Sehingga, wanita dapat diberlakukan semena-mena. Bagaimana pendapat anda selanjutnya?"

Junior terpekur. Otaknya mendidih. Dadanya terbakar. Pikirannya mencari cara untuk mempertahankan argumennya. Obsesinya untuk menjadi nomor satu meletup-letup namun tak ada sepatah katapun yang bisa ia lontarkan. Sorot mata Khansa seolah berkata 'Mana lagi argumenmu? Ayo keluarkan!'. Junior gelisah. Ia tak dapat berfikir. "Tok-tok-tok" Juri memukul palu di atas meja tanda waktu aju pendapat gilirannya telah habis.

"Shit! "umpat Junior pelan.

***

Junior tak habis fikir, mengapa dirinya bisa jatuh oleh wanita seperti Khansa. Dibalik ketajaman argumentasinya, pasti ada sesuatu yang tersembunyi, gumam Junior. "Akan kuselidiki!" Ia mengirim SMS pada Faisal untuk meminta alamat sekolah Khansa.

***

"Kau mau tau rahasiaku?" Khansa menggoda Junior. Lelaki itu mengangguk cepat. Ia sebenarnya gengsi menanyakan langsung pada rival barunya itu. Tapi ia coba menguburnya dalam-dalam.

"Sederhana saja. Rahasia itu adalah Al-Quran. Tempat segala ilmu bersumber. Dalam Al-Quran, terdapat jawaban dari setiap permasalahan yang muncul di permukaan. Ia memberikan solusi dan pengarahan yang akurat dan terbukti kebenarannya. Dalam setiap perdebatan, argumen yang kupakai diambil dari penjelasan Al-Quran. Karena Ia adalah referensi kehidupan setelah hadist."

Junior termanggu. Ia telah menemukan kuncinya, tapi tak bisa mempergunakannya. Kitab tebal itu hampir tak pernah ia jamah. Karena keindahan warna covernya yang berwarna emas, Al-Quran hanya jadi pajangan antik di lemari kaca. Junior sadar, ternyata di dalamnya terdapat hal-hal berharga yang hanya dapat terkuak oleh orang-orang yang mempelajari dan memahaminya.

"Aku selalu tenggelam dalam keindahan dan kesejukan tiap kali membacanya. Aku jatuh cinta pada Al-Quran. Mempelajarinya adalah bagian hidupku. Setiap dua hari sekali, aku mengkaji dan menghafal Al-Qur'an bersama seorang Ustadzah ditempat pengajianku. " sambung Khansa.

Junior semakin terpaku. Betapa selama ini kesehariannya jauh dari nilai-nilai Al-Quran. Ia telah membentangkan jarak dengan petunjuk-petunjuk Tuhannya.

Junior tertunduk, menenungi dirinya sendiri. Tarikan nuraninya muncul membuahkan satu tekad. Ia ingin menjadi manusia yang lebih berarti. Ingin memiliki pegangan jelas dalam hidupnya sehari-hari. Ia ingin mendalami Al-Quran seperti yang Khansa yang telah mendapat banyak kemudahan dan kebahagian.

"Khansa, aku tertarik untuk belajar Al-Quran serta maknanya. Bolehkah aku ikut mengaji di tempat pengajianmu?'

"Siapa yang melarang?" senyum Khansa terlihat seperti pelangi terbalik di mata Junior. Kembali menjadi The Master dengan Al-Quran sebagai perisai ketika debat, mengapa tidak? pikirnya. (RE)


rahmitael@yahoo.com


4 komentar:

  1. bagus, apalagi kalau dipupuk terus... mantap deh

    BalasHapus
  2. Untuk diketahui, Rahmita ini juara I lomba cerpen se-Tangerang. Karyanya telah dipublikasikan di Republika pada tahun 2009. Dia juga juara kelas, dan tetap masih aktif menulis hingga kini.

    BalasHapus
  3. Saeful Alumni MAN Mauk27 Juni 2010 pukul 14.38

    Sungguh.., Luar biasa cerpen yang telah di tulis ini. Bakat yg luar biasa yg perlu di kembangkan terus. Sebagai Alumni MAN mauk, saya merasa bangga punya generasi yg berprestasi... Teruslah berkarya adikku.., tebarlah cahaya Al Quran dimanapun kau berada. Begitu pun MAN Mauk, bisa menjadi tempat mencetak generasi2 Qurani.. Good Luck...!
    (Saeful Bahri, IPB. Email: eful_bahri@yahoo.co.id)

    BalasHapus
  4. Terima kasih. Kami juga tak bosan-bosannya mengajak kepada mereka yang berminat di bidang literasi, baik fiksi dan non-fiksi untuk bergabung di organisasi pengembangan bakat yang bertebaran dimana-mana. Salah satu contohnya adalah Rahmita yang menjadi anggota Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Tangerang.

    BalasHapus

Pendapat Kami

Profil

Artikel

Inspiratif

Agama

Mapel